KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN
(BEBAS
NYERI)
I. GANGGUAN
KENYAMANAN
1.1 Definisi
Gangguan
kenyamanan : Keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenagkan
dalam berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya. (Lynda, 2006 : 49)
1.2 Batasan
Karakteristik
a. Mayor
(Harus Terdapat)
Individu
memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan (mis: nyeri, mual, muntah,
pruritus). (Lynda, 2006 : 50)
b. Minor
(Mungkin Terdapat)
Respons
autonom pada nyeri akut :
-
Tekanan darah meningkat
-
Nadi meningkat
-
Diaforesis
-
Pupil dilatasi
Posisi
berhati-hati
Raut wajah
kesakitan
Menangis,
merintih
(Lynda, 2006 :
50)
1.3 Faktor
Yang Berhubungan
Setiap
faktor dapat mempengaruhi perubahan kenyamanan. Beberapa yang paling umum
disebutkan di bawah ini:
a) Biopatologis
Berhubungan dengan
kontraksi uterus selama persalinan
Berhubungan pada trauma
pada perenium selama persalinan dan kelahiran
Berhubungan dengan
involusi uterus dan pembengakakan payudara
Berhubungan dengan
trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat:
Gangguan
Muskoloskeletal :
Fraktur
Kontraktur
Spasme
Arthritis
Gangguan
medulla spinalis :
Gangguan
Viseral
Jantung
Ginjal
Hepatik
Usus
Pulmoner
Gangguan Vaskular :
Vasospasme
Oklusi
Kanker
Flebitis
Vasodilatasi (sakit kepala)
Berhubungan dengan inflamasi pada:
Saraf
Tendon
Bursa
Sendi
Otot
Struktur jukstoartikular
Berhubungan dengan keletihan,
malaise dan atau pruritus sekunder akibat penyakit menular :
Rubella
Cacar air
Hepatitis
Mononucleosis
|
Berhubungan
dengan pengaruh kanker
Berhubungan
dengan kram abdomen, diare, dan muntah sekunder akibat gastroenteritis,
influenza dan ulkus lambung
Berhubungan
dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder akibat batu ginjal, infeksi
gastrointestinal
(Lynda,
2006 : 50-51)
b) Tindakan
yang Berhubungan
Berhubungan
dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat :
Operasi
Kecelakaan
Luka
bakar
Pemeriksaan
diagnostik : Pungsi vena
Pemindaian
invasive
Biopsi
Berhubungan dengan mual
dan muntah sekunder akibat kemoterapi, anastesia.
Berhubungan dengan
pengaruh kanker
Berhubungan
dengan kram abdomen, diare, dan muntah sekunder akibat gastroenteritis,
influenza dan ulkus lambung
Berhubungan
dengan inflamasi dan spasme otot polos sekunder akibat batu ginjal, infeksi
gastrointestinal
(Lynda,
2006 : 51-52)
c) Situasional
(Personal, Lingkungan)
Berhubungan
dengan demam
Berhubungan
dengan imobilitas/posisi yang tidak tepat
Berhubungan
dengan aktivitas yang berlebihan
Berhubungan
dengan titik tekanan (bidai yang ketat, balutan elastik)
Berhubungan
dengan respons alergi
Berhubungan
dengan iritan kimia
Berhubungan
dengan kebutuhan kemandirian tidak terpenuhi
Berhubungan
dengan ansietas yang ditekan
(Lynda,
2006 : 52)
d) Maturasional
Berhubungan
dengan trauma jaringan sekunder akibat:
Bayi
: kolik
Bayi dan masa bayi awal : tumbuh
gigi, nyeri telinga
Masa kanak-kanak tengah : abdomen
kambuhan, makin nyeri
Remaja : sakit kepala, nyeri dada,
dismenorea
|
II. NYERI
2.1 Pengertian
Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenagkan. Sifatnya sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut ini
merupakan pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :
a) Mc.Coffery
(1979), mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang,
yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut pernah
mengalaminya.
b) Wolf
weifsel Feurst (1974), mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
c) Artur
C. Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme bagi tubuh,
timbul ketika jaringan sedang dirusak sehingga individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rasa nyeri.
d) Secara
umum, nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenagkan akibat
terjadinya rangsangan fisik, maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.
(A.Aziz, 2009 : 214)
2.2 Fisiologi
Nyeri
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan
reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi,
termal, listrik, atau mekanis. Stimulasi oleh zat kimiawi diantaranya seperti
histamine, bradikmin, prostaglandin, dan macam-macam asam seperti adanya asam
lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi yang dilepaskan apabila
terdapat kerusakan pada jaringan. (A.Aziz, 2008 : 121)
Selanjutnya, stimulus yang diterima oleh reseptor
tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang
oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan
serabut ramban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut
delta A, mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C. (A.Aziz,
2008 : 121)
2.3 Klasifikasi
Nyeri
|
Tabel 2.3 a :
Perbedaan Nyeri akut dan Kronis
Karakteristik
|
Nyeri Akut
|
Nyeri Kronis
|
Pengalaman
|
Suatu
kejadian
|
Suatu
situasi, status ekstensi
|
Sumber
|
Sebab
eksternal atau penyakit dari dalam
|
Tidak
diketahui atau pengobatan yang terlalu lama
|
Serangan
|
Mendadak
|
Bisa
mendadak berkembang dan terselubung
|
Waktu
|
Sampai
enam bulan
|
Lebih
dari enam bulan sampai bertahun-tahun
|
Pernyataan
Nyeri
|
Daerah
nyeri tidak diketahui dengan pasti
|
Daerah
nyeri sulit dibedakan intensitasnya sehingga sulit dievaluasi (perubahan
perasaan)
|
Gejala-gejala
Klinis
|
Pola
respons yang khas dengan gejala yang lebih jelas
|
Pola
respons yang bervariasi, sedikit gejala-gejala (adaptasi)
|
Pola
|
Terbatas
|
Berlangsung
terus sehingga dapat bervariasi
|
Perjalanan
|
Biasanya
berkurang setelah beberapa saat
|
Penderitaan
meningkat setelah beberapa saat
|
Selain klasifikasi nyeri di atas, terdapat jenis
nyeri yang spesifik, diantaranya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri menjalar
(referent pain), nyeri psikogenik, nyeri phantom dari ekstremitas, nyeri
neurologis, dan lain-lain. (A.Aziz, 2009 : 216)
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umumnya
bersumber dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan
tulang. Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat pada table
berikut: (A.Aziz, 2008 : 123)
Tabel 2.3 b : Perbedaan Nyeri Somatis dan Nyeri
Viseral
Karakteristik
|
Nyeri somatic
|
Nyeri visceral
|
|||
Superfisial
|
Dalam
|
||||
Kualitas
|
Tajam,
menusuk, dan membakar
|
Tajam,
tumpul, dan nyeri terus
|
Tajam,
tumpul, nyeri terus dan kejang
|
||
Menjalar
|
Tidak
|
Tidak
|
Ya
|
||
Stimulasi
|
Torehan
abrasi
Terlalu
panas dan dingin
|
Torehan,
Panas,
iskemia pergeseran tempat
|
Distensi,
iskemia, spasmus, iritasi kimiawi (tidak ada torehan)
|
||
Reaksi
autonom
|
Tidak
|
Ya
|
Ya
|
||
Refleksi
kontraksi otot
|
|
Ya
|
Ya
|
Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian
tubuh yang lain, umumnya terjadi akibat kerusakan pada cidera organ viseral.
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang timbul
akibat psikologis. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karena salah satu
ekstremitas diamputasi. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karena
adanya spasme di sepanjang atau di beberapa jalur saraf. (A.Aziz, 2008 : 123)
2.4 Stimulus
Nyeri
Seseorang dapat menoleransi nyeri (pain tolerance),
atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri (pain
threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya :
1. Trauma
pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan
dan iritasi secara langsung pada reseptor.
2. Gangguan
pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat terjadinya penekanan pada
reseptor nyeri.
3. Tumor,
dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
4. Iskemia
pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria koronaria yang menstimulasi
reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat.
5. Spasme
tot dapat menstimulasi mekanik.
(A.Aziz, 2009 : 217)
2.5 Teori
Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya
rangsangan nyeri, diantaranya :
1. Teori
Pemisahan (specificity theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit
masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps
di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur yang menyilang di garis
median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri
tersebut diteruskan. (A.Aziz, 2008 : 124)
2. Teori
Pola (Pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar
ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. hal ini
mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian lebih tinggi, yaitu
korteks serebri, serta kontraksi menimbulakan persepsi dan otot berkontraksi
sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi
dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T. (A.Aziz, 2008 : 124)
3. Teori
Pengendalian Gerbang.
|
|
4. Teori
Transmisi dan Inhibisi.
Adanya stimulus pada neciceptor
memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi
efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok
impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif. (A.Aziz, 2008 : 124)
2.6 Faktor
Yang mempengaruhi Nyeri
Pengalaman
nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah :
1. Arti
Nyeri.
Arti nyeri bagi seseorang memiliki
banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif,
seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya,
lingkungan dan pengalaman. (A.Aziz, 2008 : 124)
2. Persepsi
nyeri.
Persepsi nyeri merupakan penilaian
yang sangat subyektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kignitif).
Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
(A.Aziz, 2008 : 125)
3. Toleransi
Nyeri.
Toleransi ini erat hubungannya
dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain
alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, garukan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat, dan sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi
antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung
hilang, sakit, dan lain-lain. (A.Aziz, 2008 : 125)
4. Reaksi
terhadap Nyeri.
|
2.7 Manajemen
Nyeri
-
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitas.
-
Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
-
Gunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
-
Kaji kultur yang mempengaruhi respons
nyeri.
-
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
-
Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau.
-
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan.
(www.lenterabiru.com)
2.8 Penatalaksanaan
Nyeri
Penatalaksanaan
nyeri dapat dibagi 2 cara yaitu:
·
Manajemen Farmakologi.
a) Analgetika
narkotika.
b) Analgetika
non narkotika
·
Manajemen Farmakologi.
a) Distraksi
Distraksi merupakan metode nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian klien pada hal-hal lain sehingga klien akan
lupa terhadap nyeri yang dialami.
b) Relaksasi
Relaksasi adalah pembebasan mental
dan fisikal dari ketegangan.
c) Stimulasi
Kulit
Stimulasi kulit dapat digunakan
dengan cara pemberian kompres dingin, kompres hangat, balsam analgetik, dan
stimulasi kontrateral. Pemberian kompre hangat dan dingin bersifat terapeutik
(www.pusatpanduan.com)
|
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz, dkk.
2008. Ketrampilan Dasar Praktek Klinik
Untuk Kebidanan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A.Aziz, dkk.
2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manuusia
: aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Carpenito, Lynda J.
2006. Buku Saku Diagnostik Keperawatan
Edisi 10. Jakarta : EGC
Sumber Internet :
diakses pada tanggal 11
Oktober 2011. Pukul 13.40 WIB
diakses pada tanggal 11 Oktober 2011.
Pukul 13.40 WIB
|
||
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar