MILLIARIASIS
PEMBIMBING :
UMIANITA RW, SST
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATA KEDIRI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2011
MILLIRIASIS
OLEH :
1. Rosiana
Kholida 30710032
2. Siti
Istikomah 30710033
3. Sofiana
Puspitasari 30710034
4. Tri
widayanti 30710035
5. Triya
Galih Rahayu 30710036
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI
WIYATA KEDIRI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan
anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul “MILIARIASIS” yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Balita yang diberikan oleh Umianita RW,
SST.
Tidak
sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun
berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait, baik secara moril
maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat diatasi. Tidak lupa pada
kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah
membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami
menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah ini kami membutuhkan kritik
dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan datang. Akhir kata, besar
harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Kediri, November
2011
Penyusun.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Asuhan
Kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi, asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada
bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan masalah
adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi
dan balita. Apabila tidak diberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan
balita pada masa perkkuliahan, sehingga pada saat calon bidan diterjunkan di
lahan praktek sudah mampu untuk
memberikan asuhan kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita dengan benar.
Ada
beberapa masalah yang lazim terjadi diantaranya adalah adanya bercak mongol,
hemangioma, ikhterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rash, dan seborrhea,
furunkel, milliariasis, diare, obstipasi, infeksi, dan sindrom bayi meninggal
mendadak.
Atas
dasar pemikiran di atas, maka kami menyusun makalah ini dengan harapan
mahasiswa kebidanan dapat dengan mudah memahami masalah yang lazim terjadi pada
neonatus, bayi, dan balita terutama masalah milliriasis.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Milliariasis ?
2.
Apa
penyebab dari milliriasis ?
3.
Bagaimana
patofisiologi milliariasis ?
4.
Apa
saja pembagian dan tanda gejala milliariasis ?
5.
Bagaimana
cara mengatasi milliariasis ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian milliariasis
2.
Untuk
mengetahui penyebab dari milliariasis
3.
Untuk
mengetahui bagaimana patofisiologi dari milliariasis
4.
Untuk
mengetahui apa saja pembagian dan tanda gejala dari milliariasis
5.
Untuk
mengetahui bagaimana cara mengatasi milliariasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Lima definisi dari miliariasis yang
berbeda, yaitu:Miliariasis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
tertutupnya saluran kelenjar keringat. (Hassan, 1984). Miliariasis adalah
kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier.
(Adhi Djuanda, 1987). Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh
retens keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. (Vivian, 2010)
Ada pendapat lain yang mengatakan
bahwa miliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti daerah
tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang suhunya panas
dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka menimbulkan tekanan yang
menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus kelenjar keringat. Keringat yang
masuk ke jaringan sekelilingnya menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan
disebabkan oleh bakteri yang menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat
keringat yang tak keluar (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Yang kelima yaitu Miliariasis atau
biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan
disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher,
bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan punggung), serta tempat
yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan dapat juga dikepala. Keadaan
ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti
rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak
gelembung kecil berair. (Arjatmo Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000)
Milliariasis
disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau
pickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang
disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.(Vivian
Nani,2010)
2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini
adalah udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri.
- Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
- Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
- Aktivitas yang berlebihan
- Setelah menderita demam atau panas
- Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis di
awali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran
keringat tertahan. Tertahannya pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya
vesikel miliar dimuara kelenjar keringat lalu disusul dengan tingginya radang
dan oedema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi
oleh stratum korneum.
Milliariasis sering terjadi pada bayi
prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendik yang belum
sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada
usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke
daerah sekitarnya.
2.4 Pembagian serta dan tanda gejala
Ada dua tipe milliariasis yaitu,
1.
Milliria kristalina
Milliaria
kristalina ini timbul pada pasien yang mengalami peningkatan jumlah keringat,
seperti pasien demam yang terbaring ditempat tidur. Lesinya berupa vesikel yang
sangat superfisial, bentuknya kecil, dan menyerupai titik embun berukuran 1-2 mm.
Umumnya lesi ini timbul setelah keringat, vesikel mudah pecah karena trauma
yang paling ringan, misalnya akibat gesekan dengan pakaian. Vesikel yang pecah
berwarna jernih dan tanpa reaksi peradangan, asimptomatik, dan berlangsung
singkat. Biasanya tidak ada keluhan dan dapat sembuh dengan sendirinya.
2.
Milliaria rubra
Millia
ruba memiliki gambaran berupa papula vesikel dan eritema di sekitarnya.
Keringat menembus kedalam epidermis, biasanya disertai rasa gatal dan pedih
pada daerah ruam dan daerah disekitarnya, sering juga diikuti dengan infeksi
sekunder lainnya dan dapat juga menyebabkan timbulnya impetigo dan furunkel.
3.
Miliaria
profunda
Bentuk ini
agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul
setelah miliaria rubra.ditandai dengan papula putih, kecil, keras, berukuran
1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun ekstremitas. Karena letak retensi
keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada
vesikel. Tidak gatal, dan tidak terdapat eritema. (Adhi Djuanda, 1987)
Pada
gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis
bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang. Pengobatan dengan cara
menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan, mengusahakan regulasi suhu
yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau
tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah
predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan kaki. Lesi
berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala inflamasi maupun
keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian atas kutis.
Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi. Biasanya
timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan, 1984)
4.
Milliaria fustulosa
Pada umumnya didahului
oleh dermatosis yang menyebabkan gangguan saluran kelenjar ekrin dan terjadi
pustel superfisial. (Hassan, 1984). Lesinya berupa pustula steril yang gatal,
tegas, superfisial dan tak berhubungan dengan folikel rambut. (E.Sukardi dan
Petrus Andrianto, 1988)
Cara mengatasi
milliariasis
2.5 Asuhan yang diberikan pada
neonatus,bayi dan balita dengan milliariasis trgantung pada beratnya penyakit
dan keluhan yang dialami. Asuhan yang diberikan yaitu
1.
Mengurangi penyumbatan keringat dan
menghilangkan sumbatan yang sudah timbul
2. Menjaga
kebersihan tubuh bayi
3. Mengupayakan
menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup serta suhu yang sejuk dan
kering, misalnya pasien tinggal diruang ber ac atau didaera \yang sejuk dan
kering
4. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan
tidak terlalu sempit
5. Segera
mengganti pakaian yang basah dan kotor
6. Pada
milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan mentol
0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Milliariasis
disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken tropikus, atau
pickle heat. Milliariasis
adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat akibat tersumbatnya
pori kelenjar keringat. Biasanya
milliariasis ini disebabkan udara yang panas dan lembab, pakai yang terlalu
ketat dan tidak menyerab keringat, dll. Milliariasis di awali
dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat
tertahan.
3.2 Saran
3.2.1
Saran Untuk Tenaga Kesehatan
Penyusun
berharap hendaknya kita sebagai tenaga kesehatan lebih memahami tentang
macam-macam masalah sering terjadi
pada neonatus, bayi dan balita terutama milliariasis.
Serta bagaiman tindakan kita untuk mengatasinya.
3.2.2 Saran Untuk Institusi
Penyusun
berharap agar makalah tentang
milliariasis ini dapat dijadikan referensi buku di
perpustakaan Institusi Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
3.2.3 Saran Untuk Mahasiswa
Penyusun
berharap agar mahasiswa prodi DIII
Kebidanan lebih mengetahui tentang
masalah yang serimg terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Serta dapat
menerapkan saat praktek di lapangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar