PRINSIP DIIT PADA IBU
HAMIL DENGAN OBESITAS
Dosen
Pembimbing:
ASRIYA NARO R, S.ST
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
PRINSIP DIIT PADA IBU
HAMIL DENGAN OBESITAS
Nama Kelompok
:
Putri Intan Permata
Sari (30710027)
Putri Intan Sari (30710028)
Ria Pangestuti (30710029)
Richa Yuliana (30710030)
Rizky Laela Amalia (30710031)
Rosiana Kholida (30710032)
Siti Istikomah (30710033)
Sofiana Puspitasari (30710034)
Tri Widayanti (30710035)
Triya Galih Rahayu (30710036)
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
PRODI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2010/2011
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nyalah kami
dapat menyelesaikan makalah Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi yang berjudul Prinsip Diit pada Ibu Hamil dengan Obesitas untuk D3
Kebidanan yang merupakan hasil kerja kelompok kami.
Sebagaimana
telah diketahui bahwa Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi merupakan salah satu pelajaran dalam pendidikan D3
Kebidanan. Mudah-mudahan
dengan adanya makalah ini dapat membantu Mahasiswa dalam mempelajari mata
kuliah Kebidanan.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah
ini.Untuk itu,kami sangat mengharapkan adanya masukan ,saran,dan kritik dari
semua pihak yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini .
Akhirnya
kami ucapkan terimakasih dan mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dalam pendidikan D3 Kebidanan.
Kediri,
Mei 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………. 2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Definisi Obesitas
………………………………………………................. 3
2.2 Faktor
Penyebab Obesitas ……………………………………………….. 5
2.3
Dampak Obesitas Terhadap Kesehatan ………………………………….. 6
2.4 Risiko Penyakit Terkait
Obesitas………………………………………… 7
2.5 Obesitas
Dalam Kehamilan
……………………………………………… 8
2.6 Pencegahan
Obesitas Saat Kehamilan …………………………………… 9
2.7
Prinsip Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas…………………………….
9
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan ……………………………………………………………… 13
3.2 Saran
…………………………………………………………………….. 13
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………. 14
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Cara pandang akan selalu
berubah. Demikian juga cara pandang terhadap bentuk badan. Dahulu, kelebihan
berat badan dianggap sebagai simbol kemakmuran. Pandangan ini kemudian berubah.
Kelebihan berat badan dianggap mengurangi keindahan bentuk badan. Dan perkembangan
terakhir, cara pandang ini berubah lagi, mengarah pada kesadaran akan perlunya
hidup sehat.
Obesitas
atau kegemukan dianggap petanda kesehatan dan kekayaan. Kini yang menjadi
perhatian utama nutrisi adalah bagaimana menyelaraskan asupan energi dan
kebutuhan tubuh. Memang, dengan meningkatnya baku kehidupan, penambahan berat
badan obesitas tumbuh mengancam kesehatan penduduk. Obesitas
merupakan masalah kesehatan penting karena sangat erat kaitannya dengan
berbagai penyakit metabolik dan kardiovaskuler (serangan jantung dan stroke).
Secara sederhana obesitas didefinisikan
sebagai keadaan penumpukan lemak yang berlebihan di dalam jaringan lemak
sehingga mengganggu kesehatan. Keadaan ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan
antara energi yang masuk dan yang digunakan tubuh sehingga berat badan menjadi
bertambah.
Satu dari langkah paling penting yang
dapat diambil oleh seorang wanita untuk mempertahankan kesehatannya dan
mencegah penyakit kronis adalah mempertahankan berat badan yang sehat.
Kegemukan ternyata juga
menjadi ancaman yang cukup serius bagi ibu hamil. Tidak hanya pada masa
kehamilan, ibu yang memiliki kelebihan berat badan, kemungkinan akan mengalami
masalah ketika persalinan dan pasca persalinan. Dan umumnya para wanita hamil
tidak mengetahui akan hal tersebut, mereka justru cenderung mengkonsumsi
makanan dengan jumlah yang lebih banyak daripada saat tidak hamil karena mereka
menganggap di dalam tubuhnya terdapat janin yang membutuhkan nutrisi juga.
Atas dasar pemikiran tersebut
kami membuat makalah ini, dan diharapkann akan mampu sedikit mengubah cara
pandang masyarakat mengenai konsumsi makanan saat hamil, sehingga menghindari
terjadinya obesitas. Bagi ibu hamil yang menderita obesitas kami juga memberikan
informasi nagaimana prinsip diit yang baik.
1.2
Rumusan Masalah
a)
Apakah obesitas itu?
b)
Apa faktor penyebab
obesitas
c)
Bagaimana dampak
obesitas terhadap kesehatan?
d)
Apa resiko penyakit
terkait dengan obesitas?
e)
Bagaimanakah obesitas
dalam kehamilan?
f)
Bagaiman pencegahan
obesitas saat kehamilan?
g)
Bagaimana prinsip diit
ibu hamil dengan obesitas?
1.3
Tujuan
·
Tujuan Umum
a)
Sebagai media informasi
bagi masyarakat tentang obesitas, penyebab, dan klasifikasinya.
b)
Sebagai bahan bacaan
ibu-ibu hamil untuk dapat mencegah obesitas, dan prinsip diitnya.
·
Tujuan Khusus
a)
Mengetahui definisi
obesitas
b)
Mengetahui
faktor-faktor penyebab obesitas
c)
Mengetahui dampak
obesitas terhadap kesehatan
d)
Mengetahui resiko
penyakit terkait dengan obesitas
e)
Mengetahui bagaiman
obesitas dalam kehamilan
f)
Mengetahui cara
mencegah obesitas saat kehamilan
g)
Mengetahui prinsip diit
ibu hamil dengan obesitas
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Obesitas
Obesitas diartikan sebagai
peningkatan berat badan diatas 20% dari batas normal ( brownel, 1984 ). Pasien dengan obesitas mempunyai status nutrisi
yang melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan masukan kalori dan atau
penurunan penggunaan kalori (energi). Artinya, masukan kalori tidak seimbang
dengan penggunaannya yang pada akhirnya berangsur-angsur berakumulasi
meningkatkan berat badan. Selain kelebihan berat badan nilai TSF pada pasien
dengan obesitas lebih dari 15 mm untuk laki-laki dan lebih dari 25 mm untuk
wanita. (Nurachmah, 2001)
Kelebihan energi pada penderita
obesitas disimpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini
ditimbun di tempat-tempat tertentu diantaranya dalam jaringan sub cutan dan
didalam jaringan tirai usus. Pada orang yang menderita obesitas ogan-organ
tubuhnya di paksa untuk bekerja lebih berat karena harus, membawa kelebihan
berat badan oleh sebab itu pada umumnya lebh cepat gerah, capek, dan mempunyai
kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. (Noto atmodjo, 2007)
Ada beberapa metode yang biasa
digunakan untuk menetapkan berat badan yang di inginkan individu dan untuk
mendefinisikan obesitas secara klinis. Inedeks masa tubuh (IMT) merupakan
prediksi derajat lemak tubuh fdan pengukurannya di rekomendasikan federal untuk
mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas. IMT di hitung dengan
membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter
(kg/)
atau mengalihkan berat badan dalam pons dengan 703 lalu dibagi kuadrat tinggi
badan dalam inci kuadrat (pon x 703/).
(Varney, 2003)
Tabel 2.1.a
Perhitungan Indeks Masa Tubuh
Klasifikasi
IMT yang dapat digunakan untuk membantu dalam perhitungan IMT untuk menentukan
apakah berat badan individu sesuai dengan tinggi badannya.
Tabel
2.1.b Klasifikasi IMT
Kriteria
|
IMT
|
Berat
Badan Kurang
Berat
Badan Normal
Berat
Badan Berlebih
Obesitas
( Kelas I )
Obesitas
( Kelas II)
Obesitas
Ekstrim (Kelas III)
|
<
18,5 kg/m2
18,5-24,9
kg/m2
25-29,9
kg/m2
30-34,9
kg/m2
35-39,9 kg/m2
≥40
kg/m2
|
Banyak
Fokus tentang konsep perhitungan kalori telah dimuat media dan diantara
populasi umum. Pada umumnya asupan
kalori sebaiknya sama dengan keluaran kalori.
Tabel
2.1c Petunjuk Umum Asupan Kalori Bagi Wanita Aktifitas Sedang
·
11-18 thn : 2200 kal/hari
·
19-24 thn : 2100
kal/hari
·
25-50 thn : 2300
kal/hari
·
51 thn/ lebih : 1900
kal/hari
·
Wanita hamil ( TM II
/ TM III ) : Tambah 300 kal/hari
·
Ibu yang
menyusui : di
tambah 500 kal/hari
|
Ukuran
kerangka tubuh dan jumlah aktifitas fisik harian adalah dua faktor dari banyak
faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori
Tabel
2.1d Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Kalori Yang Diperlukan
·
Ukuran Tubuh
·
Usia
·
Tinggi Badan
·
Berat Badan
·
Tingkat Aktifitas / Base Metabolic Rate ( BMR )
·
Status Kehamilan
·
Status Meyusui
|
2.2
Faktor Penyebab Obesitas
Pada
hakekatnya derajat lemak tubuh (IMT) merupakan cerminan dari interaksi
perkembangan, linkungan dan genetik. Peranan genetik dalam kejadian obesitas
terbukti dari adanya risiko obesitas sekitar dua sampai tiga kali lebih tinggi
pada individu dengan riwayat keluarga obesitas dan meningkat sesuai dengan
beratnya obesitas.
· Faktor
lingkungan yang mempengaruhi obesitas pada penduduk adalah:
1.
Faktor demografi
a Umur :
meningkat sesuai dengan umur paling sedikit sapai umur 55 pada laki-laki dan 70 pada wanita.
b Gender :
wanita umumnya prevalensinya lebih tinggi setelah umur 50 tahun.
2.
Faktor sosiokultural
a
Tingkat pendidikan : di Eropa
prevalensi obesitas lebih tinggi pada mereka dengan pendidikan rendah.
b Penghasilan/profesi : di Eropa lebih tinggi prevalensinya
pada mereka dengan penghasilan
rendah.
c Status perkawinan : biasanya meningkat setelah kawin
3.
faktor biologi : paritas (IMT lebih
tinggi dengan makin meningkatnya jumlah anak)
4.
faktor perilaku
a) nutrisi
: jumlah lemak dalam
makanan,
b) merokok
: merokok menurunkan
berat badan dan berhenti merokok meningkatkan berat badan
c) konsumsi
alkohol : konsumsi alkohol sedang
kadang-kadang dihubungkan dengan IMT
yang lebih tinggi
d) aktivitas
fisik : mereka yang tidak aktif
lebih berat dari yang aktif secara fisik (Seidell,
1995).
Para ahli kesehatan dan masyarakat
sendiri telah menyadari bahwa salah satu faktor lingkungan yang penting adalah
perubahan pola makan. Perubahan jenis makanan dari yang 'tradisional' beralih
ke makanan siap saji yang lebih banyak lemak, rendah serat dan tinggi kalori
merupakan pemicu meningkatnya obesitas di semua negara, termasuk di Indonesia.
(
Bali post)
2.3
Dampak Obesitas Terhadap Kesehatan
Bahwa obesitas meningkatkan risiko dari semua penyebab kematian, dimana meningkat sebesar 1.9 kali baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang mempunyai berat badan diatas 40% rata-rata. Peningkatan kematian pada orang obese karena obesitas terkait dengan beberapa penyakit yang mengancam jiwa seperti Diabetes Mellitus Tipe 2, penyakit krdiovaskuler, penyakit kandung empedu, dan kanker sensitif-hormon dan gastrointestinal. Risiko penyakit non-fatal lain juga dihubungkan dengan obesitas, seperti nyeri punggung, radang sendi, intertilitas, dan gangguan psikososial. Dalam kaitannya dengan risiko penyakit kardiovaskuler. (Bali Post)
Obesitas dibagi menjadi dua yaitu: tipe
android (obese sentral, tipe laki-laki, buncit) dan ginoid/ ginekoid (obese
perifer). Tipe android lebih banyak dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskuler,
karena pada tipe ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi intoleransi
gluosa, hipertensi dan hiperlipidemia (Leaf, 1990; Van Gaal, 1994). Obesitas
tidak hanya dihubungkan dengan penyakit fisik, namun juga dengan masalah
kejiwaan. Pada perempuan muda dengan umur 18-25 tahun yang tinggal di Drenden,
Jerman ditemukan bahwa dibandingkan mereka yang bukan obese, pada mereka yang
obese ditemukan adanya peningkatan kelainan mental terutama kelainan kecemasan
(Besker et al. 2001). (Bali Post)
2.4
Risiko Penyakit Terkait Obesitas
|
|
|
RR
= relative risk.
Obesitas pada anak-anak juga
mengakibatkan sejumlah penyakit menahun seperti gangguan metabolisme glukosa,
resistensi insulin, diabetes Tipe 2 pada remaja, hipertensi, dislipidemia,
steatosis hati, gangguan saluran cerna, gangguan tidur dan sindrom ovari
polisistik. Khususnya, obesitas pada anak-anak di daerah Asia-Pasifik dikaitkan
dengan terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 pada umur muda. Pengalaman pribadi
kami juga menunjukkan bahwa makin banyak kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada
orang dibawah itu juga dialami oleh anak-anak lebih besar kecenderungannya
mempunyai masalah psikososial (WHO, 1998). (Bali post)
2.5
Obesitas Dalam Kehamilan
Terdapat suatu ketidaksepakatan tentang
devinisi yang tepat untuk obesitas dalam kehamilan, walaupun banyak pengarang
menganjurkan berat badan dalam kehamilan melebihi 175 pon atau ekrangnya 40%
(biasanya 100 pon atau lebih) diatas berat badan ideal. Wanita kegemukan
berisiko tinggi untuk hipertensi, diabetes gistasional, dan infeksinal, infeksi
saluran kencing, dan infeksi episiotomi atau luka. Penentuan usia kehamilan
bisanya terbatas karena siklus hait yang tidak teratur dan sukar menentukan
tinggi fundus uteri. (Rayburm, 2001)
Pada banyak penelitian, angka
kematian maternal meningkat, umumnya akibat tromboemboli, infeksi, atau
komplikasi anasia. Makrosomia pada janin juga lebih sering terjadi. Walaupun
kematian perinatal tidak meningkat dan bayi berat badan lahir rendah jarang,
hasil kehamilan yang optimal disertai oleh kenaikan berat badan ibu paling
kurang 25 pon pada ibu-ibu obesitas (Rayburm, 2001)
Saat ini, kasus diabetes pada masa
kehamilan (gestational diabetic) semakin meningkat. Penyebab utamanya adalah
obesitas. Akibat peningkatan risiko tersebut, setiap ibu hamil diwajibkan
melakukan screening kadar gula darah terutama saat usia kehamilan menginjak
minggu ke 24-28. (www.hdindonesia.com)
Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat
badan agar tetap berada pada kondisi ideal. Peningkatan berat badan di
trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau bahkan berkurang
karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di
trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantaun ekstra
terhadap berat badan. (www.hdindonesia.com)
Seusai
persalinan, ragam komplikasi masih menunggu. Infeksi seusai bersalin akibat
banyaknya pembuluh darah si ibu hamil yang tersumbat sering terjadi. Selain
itu, lemak yang berlipat-lipat pada lapisan kulit merupakan media yang kondusif
untuk tumbuhnya kuman sehingga infeksi pun sangat mungkin terjadi. Risiko
lainnya, plasenta yang berfungsi menyuplai oksigen menyempit karena lemak.
Padahal, terhambatnya suplai oksigen dapat merusak sel-sel otak janin. Sehingga
kecerdasan si kecil pun bisa jadi berkurang. Kemungkinan buruk lain, janin bisa
mengalami gangguan paru-paru maupun terlahir obesitas. (www.hdindonesia.com)
2.6
Pencegahan Obesitas Saat Kehamilan
Hal pertama yang dilakukan dokter adalah melakukan serangkaian tes di
trimester awal. Perlu dilakukan pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan
pengukuran berat badan. Pemeriksaan ini diulang lagi di akhir trimester 3 untuk
mengetahui apakah sang ibu berisiko terkena diabetes dan hipertensi.
Selanjutnya, dilakukan pemantauan terhadap perkembangan janin dari bulan ke
bulan. (www.hdindonesia.com)
Pencegahan lainnya adalah dengan cara membatasi kalori. Cara ini memang
sering jadi kontraversi karena, di sisi lain, janin membutuhkan nutrisi lebih.
Pengurangan kalori ditakutkan akan mengganggu perkembangan janin. Yang
terpenting, komposisi makanan harus seimbang. Selain mengatur pola makan,
dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik. Jalan pagi sangat baik untuk menjaga
konsisi ibu tetap sehat. (www.hdindonesia.com)
Bila saat kehamilan
mengalami obesitas, perlu dilakukan penanganan khusus. Sang ibu pun harus
bersikap tenang karena sikap tenang sangat bermanfaat bagi perkembangan janin.
Pilihlah klinik atau rumah sakit dengan fasilitas lengkap. Ini sebagai
antisipasi jika ibu membutuhkan tindakan medis yang lebih kompleks. (www.hdindonesia.com)
2.7
Prinsip Diit Pada Ibu Hamil Dengan
Obesitas
2.7.1 Tujuan Diit Pada Ibu Hamil Dengan Obesitas
a)
Memberikan makan rendah kalori
guna mencapai berat badan normal
b)
Mempertahankan ntumbuh kembang
bayi yang normal
c)
Mempertahankan kesehatan ibu hamil
Menghindari terjadinya komplikasi kehamilan. ( Purwitasari, 2009 )
2.7.2 Syarat Diit Pada Ibu Hamil Dengan
Obesitas
a)
Kalori dikurangi sebanyak 500-700
dibawah kebutuhan normal. Penmgureangan kalori dilakukan dengan poengurangan
konsumsi karbohidrat dan lemak.
b)
Protein tinggi untuk pertumbuhan
bayi dan pembentukan sel darah merah
c)
Tinggi fitamin dan mineral
d)
Tinggi serat untuk memberi rasa
kenyang. ( Purwitasari, 2009 )
2.7.3 Bahan Makan Yang Di Berikan
Dalam Sehari
Diit Rendah Kalori (RK)
JENIS
|
RK I
|
RK II
|
RK III
|
RK IV
|
||||
Berat (gr)
|
URT
|
Berat (gr)
|
URT
|
Berat (gr)
|
URT
|
Berat (gr)
|
URT
|
|
Beras
|
100
|
1 gls
|
150
|
1,5 gls
|
200
|
2 gls
|
250
|
2,5 gls
|
Protein Hewani
|
100
|
2 ptg
|
150
|
3 ptg
|
150
|
3 ptg
|
200
|
4 ptg
|
Telur
|
50
|
1 btr
|
50
|
1 btr
|
50
|
1 btr
|
50
|
1 btr
|
Protein Nabati
|
100
|
4 ptg
|
100
|
4 ptg
|
150
|
5 ptg
|
150
|
5 ptg
|
Sayuran
|
400
|
4 gls
|
400
|
4 gls
|
400
|
4 gls
|
400
|
4 gls
|
Buah
|
400
|
4 ptg
|
400
|
4 ptg
|
400
|
4 ptg
|
400
|
4 ptg
|
Minyak
|
10
|
1,5 sdm
|
15
|
1,5 sdm
|
15
|
1,5 sdm
|
15
|
1,5 sdm
|
Gula Pasir
|
-
|
-
|
10
|
1 sdm
|
15
|
1,5 sdm
|
15
|
1,5 sdm
|
Nilai Gizi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||||
Kalori
|
1200 kal
|
1500 kal
|
1700 kal
|
1900 kal
|
||||
Protein
|
59 gr
|
71 gr
|
75 gr
|
80 gr
|
||||
Lemak
|
35 gr
|
40 gr
|
45 gr
|
48 gr
|
||||
Hidrat Arang
|
173 gr
|
206 gr
|
250 gr
|
270 gr
|
2.7
Empat Pedoman Untuk Mengurangi
Lemak
a. Sayuran – sayuran
1. Kurangi konsumsi sayuran dengan bumbu kacang yang
digoreng, ganti bumbu kacang yang disangrai.
2. Batasi konsumsi sayuran dengan bumbu kelapa yang
berlebih ( seperti, urapan) , atau santan kental
3. Batasi konsumsi sayuran dengan dressing keju yang
berlebih, contohnya salat.
4. Konsumsi sayuran dengan cara direbus,
dikukus, dalam bentuk segar. (Purwitasari, 2009 )
b. Buah – buahan
1. Konsumsi
buah – buahan dalam bentuk segar.
2. Kurangi
konsumsi buah – buahan yang berlemak. ( Purwitasari, 2009 )
c. Nasi, Sereal, dan Roti
1. Kalau bisa konsumsi nasi
beras tumbuk atau nasi agar roti yang mengandung bekatul atau havermouth.
2. Batasi sereal dan
krackkers yang berminyak atau yang mengandung lemak lebih dari 2 potong/hari.
3.Batasi kebiasaan
sarapan dengan roti mentega dan susu full cream.(Purwitasari, 2009 )
d. Susu
1. Gunakan susu skim, susu kedelai, atau yougurt yang rendah lemak
2. Pilih keju rendah lemak misalnya Cottage Cheese.
3. Pilih es krim yang tidak
mengandung susu, misalnya es krim yang terbuat dari sari buah.
4. Pilih makanan pencuci
mulut yang terbuat dari makanan berserat seperti agar – agar dengan saus dari
susu skim. ( Purwitasari, 2009 )
e. Protein
1. Pilih daging tidak
berlemak dan berwarna cerah, seperti daging ayam kampung ( tanpa kulit), ikan
dll.
2. Hindari konsumsi jerowan, daging berlemak, otak, kepala, dan brutu
ayam.
3. Tingkatkan konsumsi
protein nabati sebagai penganti, seperti tahu, tempe, kacang hijau, dll.
4. Batasi konsumsi lauk yang digoreng, diolah dengan santan kental.
5.Masak dengan cara
merebus, memanggang, menumis, mepepes. (Purwitasari, 2009 )
f. Lemak
a)
Kurangi konsumsi minyak goreng sampai 1 sendok
makan/hari ( 10 gram). ( Purwitasari, 2009 )
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Obesitas diartikan sebagai
peningkatan berat badan diatas 20% dari batas normal. Selain kelebihan berat
badan nilai TSF pada pasien dengan obesitas lebih dari 15 mm untuk laki-laki
dan lebih dari 25 mm untuk wanita. Faktor Penyebab Obesitas terdiri dari faktor
demografi, faktor sosiokultural, faktor biologi, faktor perilaku. Obesitas
dalam kehamilan terdapat suatu ketidaksepakatan tentang devinisi yang tepat
untuk obesitas dalam kehamilan.
3.2
Saran
·
Untuk masyarakat
Bagi ibu hamil di harapkan untuk menjaga kesehatannya dengan mengatur
pola makan,di haraplkan ibu hamil mengubah pandangannya bahwa ibu hamil harus
makan dua kali lipat seharusnya, porsinya tetap dan meningkatkan kualitas dan
kuantitas makanan yang di konsumsi.
·
Institusi
Diharapkan dapat memberikan waktu yang lebih untuk mempelajari materi
lebih mendalam dan diberikan bimbingan dalam proses belajar.
·
Mahasiswa
Diharapkan dapat menyalurkan informasi akan prisip diit pada ibu hamil
dengan obesitas dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nurachmah,
Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan.
Jakarta: KDT.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu
dan Seni. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Purwitasari,
Devi. 2009. Buku Ajar Gizi Dalam
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rayburn,
William F. 2001. Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: KDT
Varney,
Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Ed.4, vol.1. Jakarta: EGC.
Sumber dari internet:
Http.Balipost.html. Diakses Pada
Tanggal 20 Mei 2011
Http.hdindonesia.com.
Diakses Pada Tanggal 20 Mei 2011
mohon ijin ya untuk bahan bacaan.terima kasih
BalasHapus