METODE
DAN MEDIA PPROMOSI KESEHATAN
A. METODE
PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan pada hakikatnya
ialah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan
masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya diharapkan dapat
berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi tersebut diharapkan
dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Promosi kesehatan juga
merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output).
Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan, yakni
perubahan perilaku, dipengaruhi oleh bannyak faktor. Faktor tersebut, disamping
faktor masukannya sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya,
pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu/alat peraga
pendidikan yang dipakai. Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka
faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa
untuk masukan (sasaran pendidikan) tertentu harus menggunakan cara tertentu
pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran. Demikian juga alat bantu
pendidikan. Untuk sasaran kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran
massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan
sasaran individual dan sebagainya.
Dibawah ini diuraikan
beberapa metode pendidikan individual, kelompok, dan massa (public).
1.
Metode Pendidikan Individual atau
Perorangan
Dalam promosi
kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual digunakan untuk membina
perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya, membina seorang ibu yang baru saja
menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi
TT karena baru saja memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor lestari atau ibu
hamil tersebut segera minta imunisasi, adalah dengan pendekatan secara
perorangan. Perorangan disini tidak hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu
yang bersangkutan, tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.
Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta dapat membantunya maka
perlu menggunakan metode (cara). Bentuk pendekatan ini antara lain :
a.
Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance And Counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan
petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti
dan dibantu penyelesaiannya,. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(mengubah perilaku).
b.
Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya mmerupakan bagian dari
bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia
tertarik atau tidak menerima perubahan untuuk mengetahui apakah perilaku yang
sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang
kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2.
Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode
pendidikan kelompok, perlu diingat besarnya kelompok, sasaran, serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain
dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada
besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok
Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini
adalah peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
1. Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metode ceramah :
a. Persiapan
Ceramah akan berhasil apabila penceramah
menguasai materi yang akan disampaikan untuk itu penceramah harus mempersiapkan
diri dengan :
1.) Mempelajari
materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam
diagram atau skema.
2.) Mempersiapkan
alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound
sistem, dan sebagainya.
b. Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan
ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah.
Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.) Sikap
dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
2.) Suara
hendaknya cukup keras dan jelas.
3.) Pandangan
hatrus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
4.) Berdiri
di depan (dipertengahan. Ttidak boleh duduk.
5.) Menggunakan
alat-alat bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin.
2. Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran
kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari suatu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok
Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari
15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk
kelompok kecil ini antara lain :
1.) Diskusi
Kelompok
Agar semua anggota kelompok dapat bebas
berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian
rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pemimpin diskusi juga
duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Dengan kata lain mereka harus merasa berada dalam taraf yang sama, sehingga
tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/ keterbukaan untuk mengeluarkan
pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi
harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-pertanyaan
atau kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang
hidup maka pemimpin kelompok harus mengatur dan mengarahkan jalannya diskusi
sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara dan tidak menimbulkan dominasi
dari salah seorang peserta.
2.) Curah
Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode
diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya pada
permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap
peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan
atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan
tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberikan
komentar oleh siapapun. Harus setelah semua mengelurakan pendapatnya, tiap
anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3.) Bola
Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan
(1 pasang 2 orang) kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah
lebih kurang 5 menit maka tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap-tiap pasang yang sudah
beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian
seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota
kelompok.
4.) Kelompok-kelompok
Kecil (Buzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil (buzz group) yang kemudian
diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain.
Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya hasil dari
tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
5.) Memainkan
Peranan (Role Play)
Dalam metode ini beberapa anggota
kelompok diunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan,
misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat, atau bidan, dan sebagainya,
sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat.
Mereka memperagakan, misalnya bagaimana
komunikasi/interaksi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6.) Permainan
Simulasi (Simulation Game)
Metode ini merupakan gabungan antara
role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis
seperti bermain monopoli dan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah) selain
beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi
berperan sebagai narasumber.
3.
Metode Pendidikan Massa
Metode
pendidikan (pendekatan massa) cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh karena sasaran pendidikan ini
bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin,
pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, maka
pesan-pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkap oleh masa tersebut. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk
menggugah kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi awarenss, dan belum begitu diharapkan untuk sampai pada perubahan
tingkah laku. Namun demikian, bila kemudian dapat berpengaruh terhadap
perubahan perilaku juga merupaka hal yang wajar. Pada umumnya, bentuk
pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya dengan menggunakan atau
melalui media massa. Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh metode yang
cocok untuk pendekatan massa.
a. Ceramah
umum (public speaking)
Pada cara-cara tertentu, misalnya pada
hari kesehatan nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya
berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu
bentuk pendekatan massa.
b. Pidato-pidato/diskusi
tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada
hakikatnya merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi,
dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan disuatu media massa adalah juga merupakan
pendekatan pendidikan kesehatan massa contoh : Praktik Dokter Herman Susilo di
televisi pada tahun 1980-an.
d. Sinetron
Dokter Sartika dalam acara TV pada tahun 1990-an juga merupakan pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
e. Tulisan-tulisan
dimajalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel maupaun Tanya jawab/ konsultasi
tentang kesehatan dan penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan
kesehatan massa.
f. Billboard,
yang dipasang dipinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard Ayo ke Posyandu.
B. ALAT
BANTU/PERAGA/MEDIA PROMOSI KESEHATAN
1.
Pengertian
Yang
dimaksid alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik
dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat bantu ini lebih
sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
memperagakan sesuatu di dalam suatu proses pendidikan/pengajaran.
Alat
peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap
manusia diterima atau ditangkap melalui panca indra. Semakin banyak indra yang
digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian/pengetahuan yyang diperoleh. Dengan perkataan lain alat peraga ini
dimaksudkan untuk mengerahkan indra sebanyak mungkin kepada suatu objek,
sehingga mempermudah pemahaman.
Seseorang
atau masyarakat di dalam proses pendidikan dapat memperoleh
pengalaman/pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan. Tetapi
masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda di dalam membantu
permasalahan seseorang.
Edgar
Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam, dan sekaligus menggambarkan
tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam sebuah kerucut.
Kerucut Edgar dale
1.
Kata-kata
2.
Tulisan
3.
Rekaman, radio
4.
Film
5.
Televise
6.
Pameran
7.
Field trip
8.
Demonstrasi
9.
Sandiwara
10. Benda
tiruan
11. Benda
asli
Dari
kericut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar adalah benda
asli dan yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam proses
pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang lebih tinggi untuk
mempersepsikan bahan pendidikan atau pengajaran. Sedangkan penyampaian bahan
yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektiv atau intensitasnya
paling rendah. Jelas bahwa penggunaan alat peraga merupakan pengamalan salah
satu prinsip proses pendidikan.
Dalam
rangka promos kesehatan, masyarakat sebagai consumer juga dapat dilibatkan
dalam pembuatan alat peraga (alat bantu pendidikan). Untuk itu peran petugas
kesehatan bukan hanya membimbing dan membina, dalam hal kesehatan mereka
sendiri, tetapi juga memotivasi mereka sehingga meneruskan informasi kesehatan
kepada anggota masyarakat yang lain.
Alat
peraga akan sangat membantu di dalam melakukan penyuluhan agar pesan-pesan
kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat menerima
pesan tersebut dengan jelas dan tepat pula. Dengan alat peraga orang dapat
llebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit, sehingga mereka dapat
menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
2.
Faedah Alat Bantu Promosi (Pendidikan)
Secara
terperinci, faedah alat peraga antara lain adalah sebagai berikut :
a. Menimbulkan
minat sasaran pendidikan.
b. Mencapai
sasaran yang lebih banyak.
c. Membantu
dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
d. Merangsang
sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diteima kepada orang lain.
e. Mempermudah
penyampaian bahan pendidikan atau informasi oleh para pendidik atau pelaku
pendidikan.
f. Mempermudah
penerima informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan di atas bahwa
pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra. Menurut penelitian
para ahli, indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak
adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia
diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% samapi 25% lainnya tersalur
melalui indra yang lain. Dari sini dapat disimpulkan bahawa alat-alat visual
lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan
pendidikan.
g. Mendorong
keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya
mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orang yang melihat sesuatu yang memang
diperlukan tentu akan menarik perhatiannya, dan apa yang dilihat dengan penuh
perhatian akan memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong
untuk melakukan/melakukan sesuatu yang baru tersebut.
h. Membantu
menegakkan pengertian yang diperoleh. Di dalam menerima sesuatu yang baru,
manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa terhadap pengertian
yang telah diterima. Untuk mengatasi hal ini alat bantu akan membantu
menegakkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang telah
diterima akan lebih lama tersimpan di dalam ingatan.
3.
Macam-macam Alat Bantu Promosi
(Pendidikan)
Pada
garis besarnya hanya ada 3 vmacam alat bantu pendidikan (alat peraga).
a. Alat
bantu lihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata
(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
1. Alat
yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dan sebagainya
2. Alat-alat
yang tidak diproyeksikan :
-
2 dimensi, gambar peta, bagan, dan
sebagainya.
-
3 dimensi, misalnya bola dunia, boneka,
dan sebagainya.
b. Alat
bantu dengar (audio aids), yaitu alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan
indewra pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/bahan
pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
c. Alat
bantu lihat-dengar, seperti televise dan video cassette. Alat-alat bantu
pendidikan ini lebih dikenal dengan audio visual aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat
peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya dan
penggunaannya.
a. Alat
peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip, slide, dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat
peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat
yang mudah diperoleh seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan
sebagainya.
1. Contoh
alat peraga sederhana
Beberapa contoh alat peraga sederhana
yang dapat dipergunakan diberbagai tempat, misalnya :
a. Di
rumah tangga, seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata
seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
b. Di
masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, flannel graph, boneka
wayang, dan sebagainya.
2. Ciri
alat peraga sederhana
Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang
sederhana antara lain :
a. Mudah
dibuat
b. Bahan-bahannya
dapat diperoleh dari bahan-banahn local
c. Mencerminkan
kebiasaan, kehidupan, dan kepercayaan setempat
d. Ditulis
(digambar) dengan sederhana
e. Memakai
bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat
f. Memenuhi
kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat
4.
Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Promosi
(Pendidikan)
Menggunakan
alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan
dicapai alat peraga tersebut.
a. Yang
perlu diketahui tentang sasarn antara lain :
1. Individu
atau kelompok
2. Kategori-kategori
sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya
3. Bahasa
yang mereka gunakan
4. Adat-istiadat
serta kebiasaan
5. Minat
dan perhatian
6. Pengetahuan
dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima
b. Tempat
memasang (menggunakan) alat-alat peraga.
1. Di
dalam keluarga, antara lain di dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong
persalinan dan menolong bayi, atau menolong orang sakit dan sebagainya
2. Dimasyarakat,
misalnya pada waktu perayaan hari-hari besar
c. Alat-alat
peraga tersebut sedapat mungkin dapat diperguanakan oleh :
1. Petugas-petugas
puskesmas/kesehatan
2. Kader
kesehatan
3. Guru-guru
sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
4. Pamong
desa
5.
Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga.
Biasanya
kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-objek yang nyata sehingga
dapat memberikan pengalaman yang tidak langsung bagi sasaran.
Untuk
memperjelas pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat, sebenarnya banyak
benda yang dapat mempermudah masyarakat untuk mengerti serta memahami
pesan-pesan, karena alat peraga seperti ini merupakan benda-benda yang mereka
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sebelum mempergunakan alat
peraga lain sebagai pengganti benda-benda asli maka perlu ditelaah terlebih
dahulu apakah mungkin dipergunakan benda-benda asli. Sebaliknya, kalau tidak
ada benda-benda asli, maka dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.
Sebelum
membuat alat peraga, kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang
paling penting dan tepat untuk digunakan. Untuk itu perlu diperhatikan antara
lain hal-hal sebagai berikut.
Tujuan
yang hendak dicapai :
1. Tujuan
pendidikan
a. Menanamkan
pengetahuan atau pengertian, pendapat dan konsep-konsep.
b. Mengubah
sikap dan persepsi.
c. Menanamkan
tingkah laku atau kebiasaan yang baru.
2. Tujuan
penggunaan alat peraga
Alat
peraga yang dapat digunakan yaitu:
a. Sebagai
alat bantu dalam latihan atau penataran, atau pendidikan.
b. Untuk
menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah
c. Untuk
mengingatkan suatu pesan atau informasi
d. Untuk
menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.
Perencanaan
dan pemilihan alat peraga ditentukan sebagian besar oleh tujuan ini.
Kalau
tujuan yang hendak dicapai rumit, maka mungkin diperlukan lebih dari satu macam
alat peraga. Kemampuan penyampaian pesan masing-masing alat peraga
berbeda-beda. Misalnya, leaflet da pamphalets lebih banyak berisi pesan,
sedangkan poster lebih sedikit mengandung pesan tetapi lebih bersifat
pemberitahuan dan propaganda.
Dengan
sendirinya alat peraga yang digunakan untuk meningkatnkan pengetahuan akan
berbeda dengan alat peraga yang dipergunakan untuk meningkatkan keterampilan.
6.
Persiapan Penggunaan Alat Peraga.
Semua
alat peraga yang dibuat, berguna sebagai alat bantu belajar. Tetapi harus
diingat bahwa alat ini dapat berfungsi sebagai alat belajar dengan sendirinya.
Kita harus mengembangkan keterampilan dalam memilih dan mengadakan alat peraga
secara tepat sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Misalnya,
satu set flash card tentang makanan sehat untuk bayi atau anak-anak harus
diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar
beserta pesannya.
Kemudian
diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi
komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya
mempertunjukkan lembaran-lembaran flash card satu demi satu tanpa menerangkan
atau membahasnya, maka penggunaan flash card tersebut mungkin akan gagal.
Sebelum
menggunakan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih dahulu alat-alat
yang masih dalam bentuk kasar atau draft, sebelum diproduksi seluruhnya. Test
ini berguna untuk mengetahui sejauh mana alat peraga tersebut dapat dimengerti
oleh sasaran pendidikan.
Contoh,
dibuat desain atau rancangan sebuah poster yang akan digunakan untuk menunjang
program keluarga berencana. Desain ini lalu dicobakan pada kelompok kecil
sasaran yang dianggap mempunyai cirri-ciri yang sama dengan sasaran pada
umumnya, yakni kepada siapa poster ini nantinya akan ditujukan. Jika terdapat
salah satu desain yang paling mudah dipahami, terutama yang dapat dikenali
pesan-pesannya dengan baik, maka itulah yang akan diproduksi dan diperbanyak.
Cara
melakukan test tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Merencanakan
terlebih dahulu test pendahuluan untuk suatu media yang akan diproduksi.
b. Menentukan
pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.
c. Menentukan
gambar-gambar pokok atau symbol-simbol yang disesuaikan dengan cirri-ciri
sasaran.
d. Memperlihatkan
alat peraga/media tesebut kepada sasaran tercoba.
e. Memperlihatkan
kepada sasaran tercoba
-
Apakah mereka mengalami kesukaran dalam
memahami pesan-pesan, kata-kata dan gambar-gambar di dalam media tersebut
-
Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti
-
Mencatat komentar-komentar dari sasaran
tercoba
-
Melakukan perbaikan alat peraga (media)
tersebut
f. Mendiskusikan
alat yang dibuat tersebut dengan orang lain (teman-teman) atau dengan para
ahli.
7.
Cara Menggunakan alat Peraga
Cara
mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada jenis alatnya. Menggunakan alat
peraga gambar sudah tentu berbeda dengan menggunakan film strip dan sebagainya.
Di samping itu juga dipertimbangkan faktor sasarn pendidikannya. Untuk
masyarakat yang buta huruf akan berbeda dengan masyarakat yang telah
berpendidikan. Dan yang lebih penting adalah bahwa alat yang digunakan harus
menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya. Pada waktu menggunakan AVA
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Senyum
adalah lebih baik, untuk mencari simpati
b. Tunjukkan
perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan/dipergunakan itu adalah penting
c. Pandangan
mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan control pihak
pendidik
d. Gaya
bicara hendaknya bervariasi agar pendengar tidak bosan dan tiodak mengantuk
e. Ikut
sertakan para peserta/pendengar dan berikan kesempatan untuk memegang dan atau
mencoba alat-alat tersebut
f. Bila
perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya
8.
Media promosi kesehatan
Yang
dimaksud dengan media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu
pendidikan (AVA) seperti telah diuraikan di atas. Disebut media promosi
kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk
menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media ini dibagi
menjadi 3, yakni media cetak, media elektronik, dan media papan.
a. Media
Cetak
Media cetak sebagai alat bantu
menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi, antara lain sebagai
berikut :
1. Booklet,
ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku,
baik berupa tulisan maupun gambar.
2. Leaflet,
ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran
yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau
kombinasi.
3. Flyer
(selebaran), bentuknya seperti leaflet, tetapi tidak berlipat.
4. Flif
chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku dimana tiap lembar (halaman)
berisi gambar peragaan dan lembar baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau
informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
5. Rubrik
atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6. Poster
ialah bentuk media cetak yang berisi pesan atau informasi kesehatan, yang
biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan
umum.
7. Foto
yang mengungkapkan informasi kesehatan.
b. Media
Elektronik
Media elektronok sebagai sasaran untuk
menyampaikan pesan-pesan atau informasi kesehatan berbeda-berbeda jenisnya
antara lain :
-
Televisi
Penyampaian pesan atau informasi
kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum
diskusi, atau tanya jawab sekitar masalah
kesehatan, pidato (ceramah), TV spot, kuis/cerdas cermat, dan
sebagainya.
-
Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui radio juga dapat bermacam-macam bentuknya antara lain obrolan
(tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, radio spot, dan sebagainya.
-
Video
Penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan dapat melalui video.
-
Slide
Slide juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi-informasi kesehatan
-
Film strip
Film strip juga dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan
c. Media
Papan (Billboard)
Papan atau billboard yang dipasang di tempat-tempat umum
dapat diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan
disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan-kendaraan umum ( bus dan taksi).
ka, materi diatas kok ga ada daftar referensinya ya ka ? sumbernya dari mana aja ? aku pengen tau
BalasHapus