MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
PADA IBU HAMIL DENGAN HERPES
SIMPLEKS
Pembimbing :
Ardatik, S.H, M.Kes
INSTITUT
ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI
D-III KEBIDANAN
2012
MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI
PADA IBU HAMIL DENGAN HERPES
SIMPLEKS
Disusun Oleh:
1. Devi
Prista P (30710004)
2.
Intan Nuro A’iniyah (30710019)
3. Novia Ayu W. (30710024)
4. Ria Pangestuti (30710030)
5. Richa Yuliana (30710030)
6. Tri Widayanti (30710035)
INSTITUT
ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI
D-III KEBIDANAN
2012
KATA PENGANTAR
Rasa
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan dan karunia-Nya
sehingga makalah “Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Herpes Simpleks” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Makalah
ini sengaja disusun untuk memenuhi
tugas Asuhan
Kebidanan Patologi serta dapat menjadi
referensi pembelajaran kebidanan, sehingga mudah untuk melengkapi materi yang
berkaitan.
Dalam menyusun
makalah ini kami banyak dibantu oleh teman-teman Akademi Kebidanan IIK, serta
dosen kami Ibu Ardatik. S.H.
M.Kes dari
Asuhan Kebidanan Patologi. Dengan
pembahasan yang ringkas, penyusun berharap makalah mengenai Herpes pada ibu hamil ini dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah ini.
Kediri,
2
Juni 2012
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Selama
masa kehamilan, daya tahan seseorang cenderung mengalami penurunan. Akibatnya,
rentan terserang berbagai penyakit. Bahkan infeksi ringan seperti influenza,
terkadang sulit untuk dihindari. Padahal selama kehamilan seorang calon ibu
dituntut untuk menjaga stamina agar tetap prima.
Sekalipun
infeksi yang dialami oleh ibu hamil tidak selalu berpengaruh terhadap janin,
namun ceritanya akan lain bila terinfeksi virus herpes. Penyakit ini termasuk
TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simpleks). Keempat
penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakaan janin.
Seorang
ibu hamil hendaknya mewaspadai terhadap serangan virus herpes, sebab infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual ini, bila mengenai janin akan mengakibatkan kematian.
Untuk
mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah, seorang Dokter
akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus herpes, melahirkan
secara caesar. Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak perlu melewati saluran
persalinan yang menjadi persemaian berbagai virus.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Ø Mahasiswa
mampu melakukan asuhan antenatal care pada ibu hamil yang disertai dengan
herpes.
1.2.2 Tujuan Khusus
Ø Mengetahui
definisi herpes
Ø Mengetahui
penyakit yang ditimbulkan herpes
Ø Mengetahui
cara penularan herpes
Ø Mengetahui
pengaruh herpes terhadap kehamilan
Ø Mengetahui
pengobatan pada herpes
1.3 RUMUSAN MASALAH
Ø Apakah
definisi dari herpes ?
Ø Apa
saja penyakit yang ditimbulkan dari herpes ?
Ø Bagaimana
cara penularan herpes ?
Ø Bagaimana
pengaruh herpes terhadap kehamilan ?
Ø Bagaimana
cara pengobatan herpes ?
1.4 TEKNIK PENGAMBILAN DATA
1.4.1 Wawancara
Metode pengumpulan data
dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberi hasil
secara langsung.
1.4.2 Observasi
Merupakan cara
pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada
responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
1.4.3 Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeruksaan fisik
pada klien secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
atau mendapatkan data yang objektif.
1.4.4 Study Kepustakaan
Pengumpulan data dengan
jalan mengambil literatur dari buku-buku serta makalah-makalah yang ada.
1.4.5 Study Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara
mengambil data yang berasal dari dokumen asli.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
ü Latar
Belakang
ü Tujuan
ü Rumusan
Masalah
ü Metode
Pengumpulan Data
ü Sistematika
Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
ü Pengkajian
Data
ü Intrerpretasi
Data Dasar
ü Identifikasi
Diagnosa
ü Kebutuhan
Segera
ü Intervensi
ü Implementasi
ü Evaluasi
BAB IV PENUTUP
ü Kesimpulan
ü Saran
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Herpes
genitalis adalah infeksi virus herpes simpleks pada atau disekitar vagina,
vulva ( Bibir vagina ) dan anus. Herpes dapat menyebabkan luka pada daerah
mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan, daerah anus atau pada mata, jari dsan
tangan. ( Ani. 2010 : 50 )
Infeksi herpes simpleks
ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan kecil di kulit atau
selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri Herpes simplex
adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi
cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini biasanya
muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu dengan
lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan bibir
dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan adanya
perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes simpleks
adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain mempunyai karakteristik
melakukan replikasi didalam inti sel dan membentuk intranuclear inclusion body.
Intranuclear inclusion body yang matang perlu dibedakan dari sitomegalovirus.
Karakteristik dari lesi adalah adanya central intranuclear inclusion body
eosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen perifer dari kromatin pada
tepi membran inti.
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering
menginfeksi yaitu :
Ø HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
Ø HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)
HSV-Tipe
I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-Tipe
II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes). HSV-1
menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui
hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada
membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat seperti bercak dengan
luka. Pada pasien timbul erupsi bintik kemerahan disertai rasa panas dan gatal
pada kulit regio genitalis. Kadang-kadang disertai demam seperti influenza dan
setelah 2-3 hari, bintik kemerahan tersebut berubah menjadi vesikel disertai
rasa nyeri. 5 atau 7 hari kemudian, vesikel pecah dan keluar cairan jernih dan
pada lokasi vesikel yang pecah, timbul keropeng. ( Abdul Bari. 2009 : 228 )
Gambar
2.1
Penyakit yang ditimbulkan Virus Herpes Simpleks
2.1.1 HSV-1
Ø Gingivostomatitis Herpetik Akut
Penyakit
ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas
lesi-lesi vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas
merah dan limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek (sekitar 3-5 hari) dan
lesi-lesi menyembuh dalam 2-3 minggu.
Ø Keratojungtivitis
Suatu
infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan kebutaan.
Ø Herpes Labialis
Terjadi
pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir.
Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan
parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval
waktu.
2.1.2 HSV-2
Ø Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada
penis pria atau serviks, vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat
nyeri dan diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal.
Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus
kekambuhan bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus
yang dikeluarkan dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang
telah terinfeksi.
Gambar 2.2 Gambar
2.3
Ø Gambar
2.2 Herpes simpleks genetalis, tampak
vesikula bergerombol di atas kulit yang
eritematus.
Ø Gambar
2.3 Herpes simpleks genetalis,
tampak erosi multipel akibat vesikula yang sudah pecah dan di beberapa tempat
masih terdapat vesikula.
Ø Herpes Neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2
pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu
kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi herpetik pada jalan lahir. Untuk
menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah caesar terhadap wanita
hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal hampir selalu
simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya sebesar
50%. ( http://id.wikipedia.org )
Seseorang yang sudah
terinfeksi virus herpes simplex biasanya akan mudah terinfeksi lagi. Herpes
kambuhan biasanya terjadi di area yang sama. Sampai saat ini faktor yang
mneyebabkan kambuhnya masih belum jelas. Kelelahan yang berkepanjangan, stress
emosional, kurang istirahat, menstruasi, pembedahan dan tertular lagi,
merupakan faktor yang menjadi pencetus kambuhnya penyakit ini.
Menurut penelitian, di
Amerika, herpes kambuhan ini bisa terjadi seminggu, dua minggu atau bahkan
bertahun-tahun setelah herpes pertama. Oleh karena itu, diet yang baik, cukup
istirahat, dan waspada media penularan, merupakan cara ampuh untuk mencegahnya,
minimal memperpendek waktu kambuhnya. Hal ini penting dilakukan karena penyakit
ini sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara total
2.2 CARA PENULARAN
HSV
ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan
oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan
mukosa atau kulit yang terluka ( kulit yang tidak terluka bersifat resisten ).
HSV-1 ditransmisikan melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet
pernapasan atau mengenai kontak langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini
sering terjadi selama berciuman atau dengan memakan atau meminum dari perkakas
yang terkontaminasi. HSV-1 dapat menyebabkan herpes genitalis melalui tranmisi
selama seks oral atau genital. Karena virus di tramisikan melalui sekresi dari
oral atau mukosa ( kulit ) genital, biasanya tempat infeksi pada laki-laki
termasuk batang dan kepala penis, scrotum, paha bagian dalam, anus. Labia,
vagina, servik, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita.
Mulut
juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes genitalis
atau herpes simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang
tidak memiliki antigen terhadap HSV-2 dengan seseorang yang terinfeksi HSV-2.
Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi.
Tranmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang
tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita
karena HSV-2 memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit
diluar sel.
Herpes juga dapat
ditularkan orang perorang dengan
cara kontak kulit ke kulit ( Dengan lesi ), hubungan seksual
dan dari ibu ke bayi saat melahirkan. ( Ani. 2010 : 51 )
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Gejala herpes simpleks
dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Biasanya berupa luka yang
terasa nyeri atau benjolan berisi cairan disekitar kemaluan, vagina, vulva,
atau anus. Bisa juga terasa nyeri saat pipis, Serta gejala infeksi virus lainya
seperti demam, rasa tidak enak badan serta sangat lelah. Luka herpes genital
bisa muncul disekitar vagina, vulva, atau anus. Begitu terinfeksi virus ini
akan menetap ditubuh dan bisa aktif berkali-kali. Gejala awalnya bisa berupa
rasa gatal pada daerah yang terkena. ( Ani. 2010 : 51 )
2.3.1 Infeksi primer
Infeksi pertama
berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai
gejala lain seperti demam, lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan
dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan merah, berisi cairan
jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta.
Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang
berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat
timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar
mulut, hidung, daerah genital dan bokong.
Hal ini biasanya
disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat pula tanpa gejala ( asimtomatik
). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena adanya imunitas tertentu dari
antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh setelah menderita infeksi tipe 1
saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas selama 3 – 6 hari ( masa inkubasi
terpendek yang pernah ditemukan 48 jam ) yang diikuti dengan erupsi papuler
dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang kemudian menjadi nyeri dan pembentukan
vesikel dengan lesi vulva dan perineum yang multipel dan dapat menyatu.
Adenopati inguinalis yang bisa menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip
influenza yang bersifat sepintas sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh
viremia. Vesikel yang terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma
dan dapat terjadi ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva
cenderung menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang
berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika
buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 – 4 minggu,
semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi
karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks
sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi serta
ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2.3.2 Fase Laten
Pada fase ini tidak
ditemukan gejala klinis, tetapi HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis. Karena virus tersebut sebenarnya masih terdapat di
dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglion ( Badan
sel saraf ), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi. Penularan
dapat terjadi pada fase ini, akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun
dalam jumlah sedikit.
2.3.3 Infeksi Rekuren
Setelah infeksi
mukokutaneus yang primer, partikel - partikel virus akan menyerang sejumlah
ganglion saraf yang berhubungan dan menimbulkan infeksi laten yang berlangsung
lama. Infeksi laten dimana partikel - partikel virus terdapat dalam ganglion
saraf secara berkala akan terputus oleh reaktivasi virus yang disebut infeksi
rekuren yang mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( Pelepasan virus ) dengan atau tanpa lesi yang
simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak begitu nyeri serta melepaskan
virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2 – 5 hari) dibandingkan dengan
yang terjadi pada infeksi primer, dan secara khas akan timbul lagi pada lokasi
yang sama. Walaupun sering terlihat pada infeksi primer, infeksi serviks tidak
begitu sering terjadi pada infeksi yang rekuren.
Infeksi rekuren ( Berulang
) dapat terjadi bila virus herpes simpleks pada ganglion yang dalam keadaan
tidak aktif dengan sebuah mekanisme menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala. Mekanisme itu dapat berupa demam, infeksi, kurang tidur,
hubungan seksual, gangguan emosional, menstruasi dan sebagainya. Gejala yang
timbul lebih ringan daripada infeksi pertama dan berlangsung kira-kira 7 sampai
10 hari. Selain itu terkadang timbul rasa panas, gatal dan nyeri sebelum
vesikel timbul.
Bila pada kehamilan
timbul herpes genitalis, perlu mendapat perhatian yang serius, karena virus
dapat sampai ke sirkulasi darah janin melalui plasenta ( Ari-ari ) serta dapat
menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Kelainan yang timbul pada bayi
dapat berupa ensefalitis ( Radang selaput otak ), keratokonjungtivitis ( Radang di mata ) atau hepatitis (
Radang di hati). ( http://yosefw.wordpress.com
)
2.4 PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN
Herpes genitalis pada
mulut rahim yang acap kali tanpa gejala klinis bukanlah ancaman ringan, apalagi
bagi wanita hamil. HSV-2 bisa mempengaruhi kondisi kehamilan maupun janin atau
bayinya. Bila penularan (transmisi) terjadi pada trisemester I kehamilan, hal
itu cenderung mengakibatkan abortus. Sedangkan pada trisemester II bisa terjadi
kelahiran prematur.
Kelainan akibat herpes
pada bayi sangat beragam, mulai dari lesi hingga di antaranya ensefalitis
(radang selaput otak), mikrosefali (kepala kecil), atau hidrosefali (busung
kepala). Infeksi terhadap bayi baru lahir bisa berakibat fatal. Terbukti dengan
tercatatnya angka mortalitas sebesar 60%, sementara setengah dari yang hidup
akan menderita cacat saraf atau kelainan pada mata.
Risiko tinggi penularan
HSV ini terutama terjadi pada wanita hamil dengan infeksi primer, yaitu ibu
yang belum memiliki antibodi terhadap HSV namun pasangannya seropositif atau
dilakukannya prosedur invasif saat intrapartum (saat proses kelahiran) terhadap
bayi dari ibu dengan riwayat herpes genitalis atau seropositif HSV.
Penularan pada bayi
sebagian besar (90%) terjadi saat proses kelahiran, 5% pada janin melalui
plasenta atau langsung mengenai fetus (janin). Selebihnya, 5%, infeksi HSV
diperoleh sehabis masa persalinan.
Kontak lama dengan
cairan terinfeksi dapat meningkatkan risiko bayi tertular. Maka, pada wanita
hamil yang menderita herpes genitalis primer, dalam enam minggu terakhir masa
kehamilannya dianjurkan untuk menjalani bedah caesar sebelum atau dalam empat
jam sesudah pecah ketuban.
Kecuali itu, tindakan
bedah caesar akan dilakukan pada wanita dengan perkembangan virus pada saat
atau hampir melahirkan. Kendati begitu, bedah caesar memang tidak selalu
dilakukan pada wanita pengidap herpes genitalis kambuhan.
Untuk menjamin
kepastiannya, perlu dilakukan pemeriksaan virus dan darah mulai usia kehamilan
32 - 36 minggu. Selanjutnya, setidaknya tiap minggu dilakukan kultur sekret
serviks dan genital eksternal. Bila kultur virus yang diinkubasi minimal empat
hari memberikan hasil negatif dua kali berturut-turut, serta tidak muncul lesi
genital saat melahirkan, persalinan normal bisa dilakukan.
Pada infeksi primer,
wanita hamil masih dipertimbangkan untuk mendapatkan obat tertentu., mengenai
penatalaksanaan herpes genitalis pada wanita hamil dengan mempertimbangkan
apakah infeksi itu primer atau kambuhan serta usia kehamilannya.
Tindakan terhadap bayi
dari ibu penderita herpes genitalis beragam di antaranya ada rumah sakit yang
menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan pemeriksaan kultur
virus, fungsi hati, dan cairan serebrospinalis (otak), selain pengawasan ketat
selama bulan pertama kehidupannya. Spesimen untuk kultur virus diambil dari
mata, mulut, dan lesi kulit.
Infeksi herpes simpleks
pada bayi yang baru lahir memang sangat mengkhawatirkan dan memberikan prediksi
akibat yang buruk bila tidak segera diobati. Untungnya, pengobatan selama ini
mampu menurunkan angka kematian, demikian juga mencegah progresivitas penyakit
berupa infeksi herpes pada susunan saraf pusat atau infeksi diseminata ( penyebaran
ke bagian tubuh lain ).
Bayi yang tertular
herpes saat dilahirkan disebut herpes neonatal. Herpes neonatal dapat
menginfeksi kulit bayi, mata atau mulut dan bisa merusa otak serta organ lain.
Bayi bisa sangat sakit bahkan meninggal. Pengobatan yang diberikan kepada bayi
bisa mencegah serta mengurangi yang akan ditimbulkan pada bayi. Kekebalan yang dimiliki ibu biasanya juga melindungi
bayi dan bertahan sampai usia bayi tiga bulan setelah kelahiran. Jika wanita
terkena infeksi sebelum hamil dan tidak kambuh selama hamil dan persalinan,
maka tidak akan menularkan kebayi. Jika ternyata kambuh selama persalinan,
resiko bayi tertular juga rendah. Jika terkena infeksi diakhir usia kehamilan,
maka tubuh belum sempat menghasilkan imunitas serta menstransfer ke bayi,
sehingga bayi berisiko tertilar
saat dilahirkan pervagina. ( Ani. 2010 : 52 ).
2.5 PENGOBATAN
2.5.1 Medika Mentosa
Beberapa
obat antivirus telah terbukti efektif melawan infeksi HSV. Semua obat tersebut
menghambat sintesis DNA virus. Oba-obat ini dapat menghambat perkembangbiakan
herpesvirus. Walaupun demikian, HSV tetap bersifat laten di ganglia sensorik,
dan angka kekambuhannya tidak jauh berbeda pada orang yang diobati dengan yang
tidak diobati.
Pada
episode pertama berikan :
ü Asiclovyr
200mg per oral 5 x sehari selama 7 hari, atau
ü Asiclovyr
5mg/kgBB, Intravena tiap 8 jam selama 7 hari ( Bila gejala sistemik berat )
ü Preparat
isoprinosin sebagai imunomodulator
ü Asiclovyr
parenteral atau preparat adenine arabinosid ( vitarabin ) untuk penyakit yang lebih
berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
· Pada episode rekurensi , umumnya tidak
perlu diobati karena bisa membaik, namun bila perlu dapat diobati dengan krim
Asiclovyr. Bila pasien dengan gejala berat dan lama, berikan asiclovyr 200mg
per oral 5 x sehari, selama 5 hari. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan
kompres.
Untuk sebagian besar
penderita, satu-satunya pengobatan herpes labialis adalah menjaga kebersihan
daerah yang terinfeksi dengan mencucinya dengan sabun dan air. Lalu daerah
tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan memperburuk
peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya infeksi
bakteri.
Untuk mencegah atau
mengobati suatu infeksi bakteri, bisa diberikan salep antibiotik (misalnya
neomisin-basitrasin). Jika infeksi bakteri semakin hebat atau menyebabkan
gejala tambahan, bisa diberikan antibiotik per-oral atau suntikan.
Krim anti-virus
(misalnya idoksuridin, trifluridin dan asiklovir) kadang dioleskan langsung
pada lepuhan. Asiklovir atau vidarabin per-oral bisa digunakan untuk infeksi
herpes yang berat dan meluas. Kadang asiklovir perlu dikonsumsi setiap hari
untuk menekan timbulnya kembali erupsi kulit, terutama jika mengenai daerah
kelamin. Untuk keratitis herpes simpleks atau herpes genitalis diperlukan
pengobatan khusus. ( http://ms32.multiply.com
)
2.5.2 Nonmedikamentosa
Memberikan
pendidikan pada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
Ø Bahaya PMS dan komplikasinya
Ø Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
Ø Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks
tetapnya
Ø Hindari hubungan seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika
tak dapat menghindarkan lagi
Ø Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa datang ( Arif. 2000 : 151
)
Jika
pertama kali terkena herpes saat hamil maka akan diberikan pengobatan antivirus
selama 5 hari. Guna obat ini adalah memendekkan masa infeksi serta mengurangi
beratnya gejala yang timbul. Jika infeksi terjadi diakhir kehamilan, maka
diberikan antivirus selama 4 minggu terakhir kehamilan. Hal ini bertujuan agar
herpes tidak kambuh menjelang kelahiran bayi. Antivirus juga akan diberikan
jika terjadi kekambuhan terutama pada TM III. Tidak terdapat bukti adanya
resiko terhadap bayi dalam kandungan jika mengonsumsi antivirus selama
kehamilan serta umumnya tidak merasakan efek samping obat ( Ibunya ).
Bagaimana
cara kelahiran yang aman, jika terkena infeksi pertama dalam 6 bulan pertama kehamilan
maka bayi bisa dilahirkan pervagina. Jika terkena infeksi pertama kali dalam 6
minggu terakhir kehamilan maka akan dilakukan bedah cesar berencana untuk
melahirkan bayi. Jika infeksi muncul saat persalinan maka dilakukan bedah cesar
untuk melahirkan bayi. Jika terkena infeksi sebelum hamil dan kambuh saat
persalinan maka bayi bisa dilahirkan pervagina. Tindakan operasi bertujuan
mengurangi resiko menularkan kebayi. ( Ani. 2010 : 53 )
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
DENGAN HERPES SIMPLEKS
Tanggal
masuk BPS : 21-04-2012
Jam
: 11.00 WIB
Tanggal
Pengkajian : 21-04-2012
Diagnosa Masuk : GI P0000
I. PENGKAJIAN
A. Data
Obyektif
1. Identitas
(Biodata)
Nama pasien : Ny. ”S”
Umur : 26 th
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat rumah : Ds. Jambu Kec. Kayen
Kidul Pagu, Kediri
|
Nama suami : Tn. ”S”
Umur : 30 th
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan : Rp. 400.000,-/bln
Alamat rumah : Ds. Jambu Kec. Kayen Kidul Pagu, Kediri
|
2. Alasan
Kunjungan
Kunjungan Pertama
ü
|
Kunjungan Rutin
3. Keluhan
Utama
Ibu mengatakan
sudah 3 hari ini merasa nyeri, gatal , dan teraba benjolan berisi cairan di
sekitar daerah kemaluannya. Ibu mengatakan tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
4. Riwayat
Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Lama haid : 6– 7 hari
Banyaknya : 2 – 3 x ganti pembalut
Siklus : 28 hari
Teratur / tidak : teratur
Dismenorhea : ya
Fluor albus : ada
Jumlah : banyak
Warna/bau :
merah / khas
HPHT : 20-09-2011
HPL/HTP : 27-06-2012
5. Riwayat
Kehamilan Sekarang
Ibu mengatakan hamil yang ke-1 dengan
umur kehamilan 7 bulan, hasil tes kehamilan + tanggal -. Gerakan anak pertama
dirasakan pertama kali saat umur kehamilan 5 bulan, gerakan anak sekarang
aktif.
Selama kehamilan
memeriksakan kehamilannya di BPS.
TM I Berapa
kali : 3x
Keluhan : mual mual
Terapi : B6, kalk
TM II Berapa
kali : 3x
Keluhan : tidak ada
Terapi : Fe, Kalk, Bc
TM III Berapa
kali : -
Keluhan : -
Terapi : -
Imunisasi TT Berapa kali : 3x (SD, TT CPW, TM I)
Dimana : - Kapan
: -
Obat-obatan yang dikonsumsi selama hamil : obat-obatan yang diberikan Bidan
Penyuluhan yang didapat : makan bergizi, istirahat cukup
6. Riwayat
kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No.
|
Suami ke-
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
Anak
|
Ket.
|
||||||||
Umur
|
Penyul
|
Penol
|
Jenis
|
Temp
|
Penyul
|
Penyul
|
Seks
|
BB/PB
|
Menyusui
|
H/M
|
||||
|
7. Riwayat
KB
Alat Kontrasepsi yang pernah digunakan: ibu mengatakan
belum pernah
Rencana alat kontrasepsi yang akan digunakan : ibu mengatakan belum tahu
8. Riwayat
Psikososial
Apakah kehamilan itu direncanakan / diinginkan : iya
Apakah kehamilan ini diharapkan : iya
Harapan terhadap kehamilan sekarang : laki-laki perempuan sama saja
Status perkawinan : kawin
Jumlah :
1 kali
Lama perkawinan :
1 ½ tahun
Jumlah keluarga ayang tinggal serumah : 2 orang
Susunan keluarga yang tinggal serumah :
No.
|
Jenis Kelamin
|
Umur (tahun)
|
Hubungan Keluarga
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Ket
|
1.
2.
|
P
L
|
65
30
|
Ibu kandung
Suami
|
SD
SMA
|
IRT
Wiraswasta
|
9. Riwayat
Kesehatan Keluarga
a. Keturunan Kembar :
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
Dari pihak siapa : Tidak ada dari pihak
manapun
b.Penyakit Keturunan :
Ibu mengatakan tidak ada penyakit keturunan
Jenis penyakit : Ibu mengatakan tidak
ada
Dari pihak siapa : ibu mengatakan tidak ada
c. Penyakit lain dalam keluarga : Ibu mengatakan tidak ada penyakit lain dalam keluarga
Jenis penyakit : Ibu mengatakan tidak
ada
Yang menderita : Ibu mengatakan tidak ada
10. Riwayat
Kesehatan yang Lalu
-
Penyakit
menahun : ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menahun
(mis. Jantung,
ginjal, Paru)
-
Penyakit
menurun : ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menurun
(mis.
Asma, DM, Hipertensi)
-
Penyakit
Menular : ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menular
(mis.
TBC, hepatitis, HIV/AIDS)
11. Latar
Belakang Sosial Budaya dan Dukungan Keluara
Kebiasaan/upacara adat istiadat saat hamil : ada upacara selamatan 3&7
bulanan.
Kebiasaan keluarga yang menghambat : ibu mengatakan tidak ada
Kebiasaan keluarga yang menunjang : ibu mengatakan ada, yaitu selamatan
Dukungan dari suami : ibu mengatakan suami mendukung
Dukungan dari keluarga yang lain : ibu mengatakan keluarga yang lain juga
mendukung
12. Pola
Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Selama hamil : 3-4x/hari porsi sedang (nasi, lauk, sayur)
/ 6-8gls/hari (air putih, susu).
Sebelum
hamil : 3x/hari porsi sedang (nasi, lauk,
sayur) / 4-5gls/hari (air putih)
Masalah yang
dirasakan : ibu mengatakan tidak ada masalah
b.
Pola
Eliminasi
Selama hamil : BAB 2-3hari sekali (padat, kuning, bau
khas) / BAK 7-8x/hari (kuning jernih, bau khas)
Sebelum
hamil :BAB1x/hari (padat, kuning, bau khas) / BAK 3-5x/hari (kuning, khas)
Masalah yang
dirasakan : ibu mengatakan perih dan sakit saat BAB dan BAK
c.
Pola
Istirahat Tidur
Selama hamil
: siang 1-2 jam / malam 6-8 jam
Sebelum
hamil : siang 1-2 jam / malam 6-8 jam
Masalah yang
dirasakan : ibu mengatakan tidak ada masalah
d.
Pola
Aktivitas
Selama hamil : ibu melakukan kegiatan rumah tangga
(memasak, menyapu, mencuci)
Sebelum
hamil : ibu melakukan kegiatan rumah
tangga (memasak, menyapu, mencuci)
Masalah yang
dirasakan : ibu mengatakan tidak ada masalah
e.
Pola
Seksualitas
Selama hamil : jarang (1x/minggu)
Sebelum
hamil : 2-3x/minggu
Masalah yang
dirasakan : ibu mengatakan takut dan sakit saat berhubungan
f.
Perilaku
Kesehatan
Penggunaan
obat2an/alkohol/jamu/rokok/sirih/kopi/,dll selama hamil tidak pernah
Penggunaan
obat2an/ alkohol/ jamu/ rokok/ sirih/ kopi/ ,dll sebelum hamil tidak pernah
Lain-lain
(personal hygiene) : mandi : 2x/hari
gosok
gigi : 2x/hari
ganti
celana dalam : 2x/hari
keramas
: 2hari sekali
B. Data
Obyektif
a. Pemeriksaan
Umum
1.
Keadaan
umum : Baik
2.
Kesadaran
: Composmentis
3.
Keadaan
emosional : Stabil
4.
Tekanan
darah : 110/70 mmHg
5.
Suhu
tubuh : 36 0C
6.
Denyut
Nadi : 86x / mnt
7.
Pernapasan : 24 x / mnt
8.
Tinggi
badan : 160 cm
9.
BB
sekarang : 59 kg
10.
BB
sebelum hamil : 52 kg
11.
Lila : 25,5 cm
b. Pemeriksaan
Khusus
1.
Inspeksi
-
Kepala
Warna rambut :
hitam
Ketombe : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Rontok : tidak
-
Muka
Chloasma Gravidarum : tidak ada
-
Mata
Kelopak mata kanan dan kiri : tidak ada oedema/tidak ada oedema
Konjungtiva kanan dan kiri : warna merah muda, tidak anemis.
Sklera kanan dan kiri :
warna putih, tidak ikterus.
- Hidung
Simetris :
ya
Sekret :
tidak ada
Polip :
tidak ada
Kebersihan :
bersih
-
Mulut
dan Gigi
Hipersalivasi :
tidak ada
Gigi :
putih, tidak ada karies dan karang
Gusi :
warna merah muda, tidak oedem,
Stomatitis :
tidak ada
Bibir :
lembab, tidak pucat, tidak ada lesi
Lidah :
warna merah muda, tidak ada luka
- Telinga
Bentuk :
simetris
Serumen kanan dan kiri :
tidak ada
Kebersihan :
bersih
- Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada (kanan dan kiri)
Pembesaran vena jugularis :
tidak ada (kanan dan kiri)
-
Axilla
Pembesaran kelenjar limfe :
tidak terjadi ka/ki
Kebersihan :
bersih
-
Payudara
Bentuk :
simetris (kanan dan kiri)
Pembesaran :
ada (kanan dan kiri)
Hiperpigmentasi :
ada pada areola (kanan dan kiri)
Papilla mamae :
menonjol (kanan dan kiri)
Benjolan / tumor :
tidak ada (kanan dan kiri)
Keluaran :
tidak ada (kanan dan kiri)
Kebersihan :
kurang bersih (kanan dan kiri)
- Perut
Pembesaran
: ada sesuai
dengan usia kehamilan
Striae : livide
Linea : ada
Bekas
luka operasi : tidak ada
Pembesaran
lien/liver : tidak ada
-
Punggung
Posisi
tulang belakang : lordosis
-
Anogenital
Vulva dan vagina warna : merah kecoklatan
Luka parut :
tidak ada
Varices :
tidak ada
Oedem :
tidak ada
Keluaran :
cairan dari vesikel yang pecah
Kelainan : terdapat sekumpulan vesikel bergerombol di
sekitar labia mayora sampai perineum
Hemoroid :
tidak ada
Kebersihan :
kurang bersih
-
Ekstremitas atas dan bawah
Oedem : atas tidak ada (ka/ki), bawah tidak ada
(ka/ki)
Varices : atas tidak ada (ka/ki), bawah tidak ada
(ka/ki)
Simetris : iya (ka/ki), iya (ka/ki)
2.
Palpasi
-
Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak ada (kanan dan kiri)
Pembesaran vena jugularis :
tidak ada (kanan dan kiri)
-
Payudara
Benjolan / tumor :
tidak ada (kanan dan kiri)
Keluaran :
tidak ada (kanan dan kiri)
- Perut
Pembesaran
lien/liver : tidak ada
Leopold I :
pertengahan pusat-px, fundus teraba bokong
Leopold II :
puka
Leopold III : letkep ( U )
Leopold IV :
-
TFU Mc. Donald : 30 cm
TBJ :
(30-13) x 155 = 2635gr
- Ekstremitas
atas dan bawah
Oedem : atas tidak ada (ka/ki), bawah tidak ada
(ka/ki)
3.
Auskultasi
Punctum
maximum: dibawah pusat sebelah kanan
perut ibu
Frekuensi : 11-12-11 (136
x/mnt)
Teratur / tidak
:
teratur
4.
Perkusi
Refleks Patella kanan / kiri : tidak dikaji
c. Pemeriksaan
Dalam (Bila ada indikasi)
-
Vulva
: tidak dilakukan
-
Vagina : tidak dilakukan
-
Porsio : tidak dilakukan
-
Pembukaan : tidak dilakukan
-
Effacement : tidak dilakukan
-
Ketuban
: tidak dilakukan
-
Presentasi : tidak dilakukan
-
Posisi : tidak dilakukan
d. Pelvimetri
Klinis (bila ada indikasi)
-
Promotorium : tidak dilakukan
-
Linea
Inominata : tidak dilakukan
ü
Comungata
Vera : tidak dilakukan
ü
Dinding
samping : tidak dilakukan
ü
Sakrum : tidak dilakukan
ü
Spinaischiadiaka : tidak dilakukan
ü
Oscoccygus : tidak dilakukan
ü
Arcus
pubis : tidak dilakukan
e. Pemeriksaan
Panggul Luar
-
Distansia
Spinarum : tidak dilakukan
-
Distansia
cristarum : tidak dilakukan
-
Konungata
externa : tidak dilakukan
-
Lingkar
pinggul : tidak dilakukan
-
Distansia
tuberum : tidak dilakukan
f. Pemeriksaan
Lab.
-
Darah
Hb : tidak dilakukan
Golongan
darah : tidak dilakukan
WR : tidak dilakukan
VDRL : tidak dilakukan
-
Urien
Protein
: tidak dilakukan
Reduksi : tidak dilakukan
g. Pemeriksaan
Penunjang Lain
- USG : tidak dilakukan
- NST : tidak dilakukan
- Rotgent foto : tidak dilakukan
h. Kesimpulan
GI P0000
UK : 30 3/7 mg.T/H/I, presentasi kepala, KU ibu baik
II. INTEPRETASI
DATA
Tanggal/
Jam
|
Data Dasar
|
Dx/Mx/Kebutuhan
|
20-04-2012 11.30 WIB
|
DS : - Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya dengan usia
kehamilan 7 bulan.
- Ibu mengatakan
sudah 3 hari ini merasa nyeri, gatal , dan teraba benjolan berisi cairan di
sekitar daerah kemaluannya. Ibu mengatakan tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
- Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 20-9-2011
- Ibu mengatakan merasa sakit dan perih saat BAB dan BAK
DO : KU :
Baik
Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional :
stabil
TD : 110/70 mmHg
N : 86 x/mnt
S : 360C
RR : 24 x/mnt
Pemeriksaan khusus
Inpeksi :
-
Anogenital
Vulva dan vagina warna : merah kecoklatan
Luka parut
: tidak ada
Varices :
tidak ada
Oedem :
tidak ada
Keluaran :
cairan dari vesikel
Kelainan :
sekumpulan vesikel di sekitar labia mayora sampai perineum
Hemoroid :
tidak ada
Kebersihan :
kurang bersih
Palpasi
-
Perut
Pembesaran lien/liver : tidak ada
Leopold I : pertengahan pusat-px, fundus teraba
bokong
Leopold II : puka
Leopold III : letkep ( U )
Leopold IV : -
TFU Mc. Donald :
30 cm
TBJ :
(30-13) x 155 = 2635gra
Auskultasi
Punctum maximum : kanan bawah pusat
Frekuensi : 11-12-11 (136 x/mnt)
Teratur / tidak : teratur
|
Dx: Ny.”S”
GI P0000
UK:30 3/7 mg
T/H/I, presentasi kepala, dengan Herpes simpleks fase primer
|
III. INTERVENSI
Tangal/
Jam
|
Dx / Mx / Keb
|
Intervensi
|
Rasional
|
20-04-2012 11.30 WIB
|
Dx: Ny.”S”
GI P0000
UK:30 3/7 mg
T/H/I, presentasi kepala, dengan Herpes simpleks fase primer
|
Tujuan : Ibu dapat menjalani masa kehamilan dengan normal dan janin yang dikandungan ibu tidak terkena
infeksi bila lahir nanti.
Kriteria hasil
·
KU : baik
·
Kesadaran : Composmentis
·
TTV :
TD : 110/70 – 140/90 mmHg
S : 365-375 0 C
N : 60-100x/mnt
RR : 16-24 x/ mnt
·
TFU sesuai usia kehamilan
·
DJJ (f:120-160x/mnt)
Pemeriksaan khusus :
Inspeksi
- Anogenital : vesikel menjadi kering, dan menghilang
|
|
Intervensi:
1.
Jalin hubungan baik dengan pasien
|
Dengan menjalin hubungan baik dengan ibu dan keluarga menumbuhkan rasa
percaya klien terhadap tindakan yang akan kita lakukan
|
||
2.
Beritahu ibu hasil pemeriksaan
|
Dengan memberikan penjelasan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan ibu
dapat mengetahui keadaannya dan bayinya.
|
||
3.
Jelaskan pada ibu tentang penyakitnya dan pengaruh terhadap janin.
|
Ibu dapat mengetahui keadaannya dan tidak khawatir dengan bayinya
|
||
4.
Anjurkan ibu untuk memelihara kebersihan diri terutama daerah
genetalia
|
Dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan virus
|
||
5.
Kolaborasi dengan dr. Spesialis Kulit dan Kelamin
|
Dapat memberikan terapi dengan tepat terhadap penyakit tersebut.
|
IV. IMPLEMENTASI
Tanggal/Jam
|
Dx / Mx / Kebutuhan
|
Implementasi
|
24-04-2012
11.30 WIB
|
Dx: Ny.”S”
GI P0000
UK:30 3/7 mg
T/H/I, presentasi kepala,
dengan Herpes simpleks fase primer
|
1. Menjalin hubungan baik
dengan pasien untuk meningkatkan kepercayaan klien terhadap kita.
2. Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan bahwa penyakit
yang diderita ibu
diakibatkan oleh virus Herpes.
3.
Menjelaskan pada ibu tentang penyakitnya dan pengaruh terhadap janin.
Penyakit tersebut biasanya menginfeksi
daerah genital dan sekitar anus dan menyebabkan munculnya gelembung berisi
cairan yang terasa nyeri. Kelainan akibat herpes pada bayi
sangat beragam, mulai dari lesi hingga di antaranya ensefalitis (radang
selaput otak), mikrosefali (kepala kecil), atau hidrosefali (busung kepala).
Infeksi terhadap bayi baru lahir bisa berakibat fatal. Sehingga dianjurkan
untuk bersalin dengan cara SC.
4.
Menganjurkan ibu untuk memelihara kebersihan diri terutama daerah
genetalia dengan cara dengan mencucinya dengan sabun dan
air. Lalu daerah tersebut dikeringkan karena jika dibiarkan lembab maka akan
memperburuk peradangan, memperlambat penyembuhan dan mempermudah terjadinya
infeksi bakteri.
5. Kolaborasi dengan dr. Spesialis Kulit dan Kelamin
untuk menentukan pemberian obat yang tepat terhadap penyakit tersebut.
|
V.
EVALUASI
Tanggal
/ jam
|
Dx
/ Mx / Keb
|
Evaluasi
|
20-04-2012
12.00
WIB
|
Dx: Ny.”S”
GI P0000
UK:30 3/7 mg
T/H/I, presentasi kepala,
dengan Herpes simpleks fase primer
|
S : - Ibu mengatakan sudah
mengerti dengan penjelasan bidan.
- Ibu akan melakukan apa yang telah dianjurkan oleh bidan.
O : KU ibu baik
Kesadaran
: composmetis
Keadaan emosional stabil
TTV : TD : 130/70 mmHg
Suhu : 367 0 C
Nadi : 84 x /mnt
RR : 20 x / mnt
Ibu
mengangguk tanda mengerti
Ibu
dapat mengulang kembali penjelasan Bidan
A : Dx: Ny.”S” GI P0000 UK:30 3/7
mg T/H/I, presentasi kepala, dengan Herpes simpleks fase primer
P : - Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan
genetalia
- Berikan obat sesuai dengan advice dr. Sp. Kulit.
- minta ibu kembali ke klinik untuk kontrol ulang 1 minggu lagi.
|
BAB
IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Herpes
genitalis adalah infeksi virus herpes simpleks pada atau disekitar vagina,
vulva ( Bibir vagina ) dan anus. Herpes dapat menyebabkan luka pada daerah
mulut, dan hidung, pada daerah kemaluan, daerah anus atau pada mata, jari dsan
tangan. ( Ani. 2010 : 50 )
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering
menginfeksi yaitu :
Ø HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
Ø HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)
Ciri-ciri
Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan,
yang berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan.
Virus
herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan sebagian
besar dengan kontak seksual
Gejala herpes Herpes
adalah Area yang terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif,
setelah itu timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi. Kadang-kadang
hanya 1 bintik saja. Rasa gatal dan perih di area yang terkena. Bahkan
kadang-kadang disertai rasa seperti terbakar. Tubuh terasa meriang, pening,
pegal-pegal, dan kurang nafsu makan. Pada herpes kelamin, kadang-kadang
penderita menjadi susah buang air kecil. Herpes simplek dapat diobati dengan
pemberian aciclovyr.
4.2
SARAN
3.2.1 Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan sebaiknya
lebih komprehensif dalam melaksanakan asuhan kebidanan dan mampu memberikan
pelayanan kebidanan dengan menggunakan asuhan sesuai prosedur.
3.2.2 Pasien
Pasien khususnya ibu sebaiknya
mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari masalah yang dihadapi pada dirinya
serta mendukung dan berperan aktif dalam asuhan kebidanan yang diberikan
3.2.3 Institusi
Karena pentingnya materi asuhan pada ibu
hamil maka institusi sebaiknya memberikan waktu lebih untuk membahas materi ini
karena hal ini terkait untuk perkuliahan mahasiswi kebidanan dalam mengatasi
permasalahan yang timbul nantinya pada saat dilahan.
3.2.4 Mahasiswa
Para mahasiswa, khususnya mahasiswa
kebidanan harus lebih memahami materi ini karena sebagai bekal untuk memberi
asuhan kepada klien yang nantinya akan ditangani sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam memberikan asuhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Ashari,
Ani. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi.
Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Ø Prawirohardjo,
Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ø Prawirohardjo,
Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan.
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Ø Mansjoer,
Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Medika Aeculapius
( Kamis, 19 April 2012
Jam : 20.00 WIB )
( Kamis, 19 April 2012
Jam : 20.17 WIB )
( Kamis, 19 April 2012
Jam : 20.35 WIB )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar