MANAGEMEN
AKTIF KALA III
Pembimbing:
Nur Musriah, S. ST
INSTITUT
ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI
D-III KEBIDANAN
2011
MANAGEMEN
AKTIF KALA III
Disusun
untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan II
Oleh:
1.
Intan Nuro A’iniyah 30710017
2.
Tri Widayanti 30710035
INSTITUT
ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI
D-III KEBIDANAN
2011
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah
ini dengan judul “MANAGEMEN
AKTIF KALA III” yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan II yang diberikan
oleh bu Nur Musriah, S.ST.
Tidak sedikit kesulitan yang kami alami dalam proses
penyusunan makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang
terkait, baik secara moril maupun materil, akhirnya kesulitan tersebut dapat
diatasi. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih
kepada Dosen yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa untuk meningkatkan kualitas makalah
ini kami membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan makalah di waktu yang akan
datang. Akhir kata, besar harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Kediri, Oktober 2011
Penyusun.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Manajemen Aktif Kala III........................................................................ 3
2.2
Keuntungan-keuntungan manajemenaktif kala III................................................. 4
2.3
Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III.......................................................... 4
2.3.1 Pemberian Suntukan Oksitosin..................................................................... 4
2.3.2
Penegangan Tali Pusat Terkendali atau PTT................................................. 6
2.3.4
Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri.................................................... 9
2.4
Tindakan yang Keliru dalam Manajemen Aktif Kala III..................................... 10
2.5
Kesalahan Tindakan Manajemen Aktif Kala III.................................................. 10
2.6
Pemeriksaan Plasenta............................................................................................ 10
BAB III
3.1
Kesimpulan ................................................................................................ 11
3.2
Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kesehatan mempunyai
peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, maka semua negara
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya. Pelayanan
kesehatan ini berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dam mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan
perseorangan, kelompok, ataupun masyarakat.
Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dapat diwujudkan dengan memberikan
asuhan pada ibu bersalin secara tepat. Periode kala III persalinan dimulai saat proses lahirnya
bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Komplikasi utama yang terkait
dengan periode ini adalah perdarahan postpartum (PPH), yang merupakan penyebab
paling umum dari morbiditas dan kematian ibu di negara-negara
berkembang. Bahkan di negara maju, meskipun angka kematian ibu jauh lebih
rendah, PPH tetap menjadi perhatian utama. Peristiwa ini dilatarbelakangi
kejadian tromboemboli dan penyakit hipertensi sebagai penyebab umum kematian
ibu pada wanita yang kehamilannya berlanjut setelah 20 minggu. Periode
postpartum sangat dini ini berhubungan dengan komplikasi ibu dari perdarahan,
perpindahan cairan, dan emboli. Selama kala ini, fokus dan perasaan emosional
serta kelegaan fisik ibu sering kali berubah secara spontan dari kelelahan
konsentrasi terhadap kelahiran yang actual
menjadi eksplorasi dan pengenalan terhadap bayinya yang baru lahir. Untuk memfasilitasi diperolehnya hasil akhir
yang aman dan sehat untuk ibu dan bayinya, kesehatan antenatal dan juga
persiapan intrapartum, keterampilan, ketekunan, dan keahlian bidan merupakan
faktor yang sangat penting.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka kami membuat makalah ini
yang diharapkan para bidan dapat melakukan Manajemen Aktif Kala III dengan
tepat sehingga menngurangi perdarahan postpartum, menekan angka kematian ibu,
dan akhirnya dapat meningkatkan derajat hidup masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan Manajemen Aktif Kala III persalinan?
2.
Apa saja keuntungan Manajemen Aktif Kala III persalinan?
3.
Bagaimana penatalaksanaan Manajemen
Aktif Kala III persalinan?
4.
Apa saja tindakan yang keliru pada Manajemen Aktif Kala III?
5.
Apa saja kesalahan tindakan Manajemen Aktif Kala III?
6.
Bagaimana pemeriksaan pada plasenta yang telah dilahirkan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan
dibuatnya makalah ini ialah sebagai berikut:
1.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan Manajemen Aktif Kala III
persalinan
2.
Mengetahui apa saja keuntungan Manajemen Aktif Kala III
persalinan
3.
Memahami bagaimana penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
persalinan
4.
Memahami apa saja tindakan yang kaliru pada Manajemen Aktif
Kala III persalinan
5.
Mengetahui apa saja kesalahan tindakan Manajemen Aktif Kala
III persalinan
6.
Mengetahui
meliputi apa saja pemeriksaan pada Plasenta yang telah dilahirkan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Manajemen Aktif Kala III
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya
plasenta/uri. Rata-rat lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada primipara
maupun multipara. Risiko perdarahan meningkat apabila kala tiga lebih dari 30
menit, terutama antara 30-60 menit. (Sumarah, 2009)
Pentalaksanaan aktif didefinisikan sebagai pemberian
oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali pusat, segera
setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk
pelahiran plasenta. Penelitian selanjutnya mengonfirmasi kehilangan darah yang
jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala III, bahkan pada populasi
yang beresiko rendah mengalami perdarahan post-partum. (Varney, 2007)
Thilagonathan dkk (1993) membandingkan suatu regimen penatalaksanaan
aktif dengan sintometrin (5 unit oksitosin dengan 0,5mg ergometrin) dan traksi
tali pusat terkontrol dengan salah satu penatalaksanaan fisiologis ketika tali
pusat tidak di klem dan plasenta tidak dilahirkan dengan usaha ibu. Diantara
103 pelahiran cukup bulan risiko rendah, penatalaksanaan aktif menyebabkan
penurunan waktu persalinan kala III tapi tidak ada penurunan kehilangan darah
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Mitchell dan Elbourne (1993)
menemukan bahwa sinometrin yang diberikan secara intra muskular bersamaan
dengan pelahiran bahu depan lebih efektif daripada hanya oksitosin (5 unit
intra muskular) pada pencegahan perdarahan postpartum. (Cunningham, 2005)
Penelitian Prevention
of Postpartum Hemorrhage Intervention-2006 tentang praktik menejemen aktif
kala tiga (Active Managemen of Third
Stage of Labour/AMTSL) di 20 rumah Sakit di Indonesia menunjukkan bahwa
hanya 30% Rumah sakit melaksanakan hal tersebut. Hal ini sangat berbeda jika
dibandingkan dengan praktik menejemen aktif ditingkat pelayanan kesehatan
primer (BPS atau Rumah Bersalin) di daerah intervensi APN (Kabupaten Kuningan
dan Cirebon) dimana sekitar 70% melaksanakan manajemen aktif kala tiga bagi
ibu-ibu bersalin yang ditangani. Jika ingin menyelamatkan banyak ibu bersalin
maka sudah sewajarnya jika menejemen aktif kala tiga tidak hanya dilatihkankan
tetapi juga dipraktikkan dan menjadi standart asuhan persalinan. (APN, 2008)
2.2
Keuntungan-keuntungan manajemenaktif kala III
Tujuan Manajemen Aktif Kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu,
mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan
dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana
sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang
sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008)
Keuntungan-keuntungan
Manajemen Aktif kala III:
a) Persalinan
kala III yang lebih singkat
b) Mengurangi
jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi
kejadian Retensio Plasenta
2.3
Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
Manajemen
aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama:
a) Pemberian
suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
b) Melakukan
penegangan tali pusat terkendali
c) Masase
Fundus Uteri.
(APN, 2008)
Kesalahan penatalaksanaan kala tiga adalah penyebab utama
perdarahan kala tiga. Kesalahan penatalaksanaan kala tiga dapat juga menjadi penyebab
inversi uterus serta syok yang mengancam jiwa. (Varney, 2007). Penatalaksanaan
Manajemen Aktif Kala III menurut buku Asuhan Persalinan Normal (2008) adalah
sebagai berikut:
2.3.1 Pemberian Suntukan Oksitosin
a) Letakkan
bayi baru lahir di atas kain bersih yang telah disiapkan di perut bawah ibu dan
minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.
b) Pastikan
tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin)
di dalam uterus.
Alasan
: Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurunkan pasokan
oksigen kepada bayi. Hati-hati jangan menekan kuat pada korpus uteri karena
dapat terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta.
c) Beritahu
ibu bahwa ia akan disuntik.
d)
Segera (dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir) suntikkan oksitosin 10 Unit IM pada 1/3 paha bagian luar
atas (aspektus lateralis).
Alasan
: oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif
sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilagan darah.
Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitosin ke dalam
pembuluh darah.
Gambar
2.3.1: Oksitosin dan meterghin
Catatan : jika tidak tersedia oksitosin, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitosin secara alamiah.
e) Dengan
mengerjakan semua prosedur tersebut terlebih dahulu maka akan memberi cukup
waktu pada bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dan setelah itu
(setelah 2 menit) baru dilakukan penjepitan atau pemotongan tali pusat.
f) Serahkan
bayi yang terbungkus kain pada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan kontak kulit-kulit
dengan ibu.
Tutup kembali perut bawah iu dengan kain
bersih.
Alasan
: kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai
sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.
2.3.2 Penegangan Tali Pusat Terkendali atau
PTT (CCT/ Controled Cored Traction)
a) Berdiri
di samping ibu
b) Pindahkan
klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala II) pada tali pusat sekitar
5-10 cm dari vulva.
Alasan
: memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.
c) Letakkan
tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis
pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan uterus pada
saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat
tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan lain (pada dinding abdomen)
menekan uterus kee arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara
hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri.
d) Bila
plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali ( sekitar 2
atau 3 menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat
terkendali.
e) Saat
mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali
pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas
dan dapat dilahirkan.
Gambar 2.3.2 (a): Lahirkan plasenta
dengan melakukan penegangan tali pusat.
f) Tetapi
jika langka 5 diatas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30-40
detik dimulainya pennegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan lepasnya plasenta, jangan
teruskan penegangan tali pusat.
·
Pegang klem dan tali pusat dengan lembut
dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat
ke perenium pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.
·
Pada saat kontraksi berikutnya terjadi,
ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso-kranial pada korpus
uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi
hingga terasa plasenta terlepas dari
dinding uterus.
g) Setelah
plasenta terpisah, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar
melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat dengan arah sejajar lantai
(mengikuti poros jalan lahir).
Alasan
: segera melepaskan plasenta yang ttelah terpisah dari dinding uterus akan
mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
Catatan
:
jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso
cranial secara serentak pada bagian bawah uterus (diatas simfisis pubis)
h) Pada
saat plasenta terlihat pada introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat keatas dan menopang
plasenta dengan tangan lainnya untuk diletakkan dalam wadah penampung. Karena
selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara
lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin menjadi satu.
i)
Lakukan penarikan dengan lembut dan
perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban.
Alasan:
melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu mencegah
tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir.
Gambar 2.3.2 (b): Kiri:
melahirkan plasenta dan menempatkannya dalam wadah. Kanan: selaput ketuban
jangan sampai tersisa dengan menarik selaput ketuban menggunakan cunam.
j)
Jika
selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir
saat melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan
seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep
untuk keluarkan selaput ketuban yang teraba.
Catatan
:
·
Jika
plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit
oksitosin IM dosis kedua.
·
Periksa kandung kemih. Jika ternyata
penuh, gunakan teknik aseptik untuk memasukkan kateter Nelaton disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih.
·
Ulangi kembali penegangan tali pusat dan
tekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan di atas . apabila tersedia akses
dan mudah menjangkau fasilitas kesehatan rujukan maka nasehati keluarga bahwa
mungkin ibu perlu dirujuk apabila plasenta belum lahir setelah 30 menit bayi
lahir.
·
Pada menit ke-30 coba lagi melahirkan
plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat untuk terakhir kalinya.
·
Jika plasenta tetap tidak lahir , rujuk
segera. Tetapi apabila fasilitas kesehatan rujukan sulit dijangkau dan kemudian
tibul perdarahan maka sebaiknya lakukan tindakan plasenta manual. Untuk
melaksanakan hal tersebut, pastikan bahwa petugas kesehatan telah terlatih dan
kompeten untuk melaksanakan tindakan atau prosedur yang diperlukan.
2.3.4
Rangsangan Taktil (Masase) Fundus Uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan
masase fundus uterus:
a) Letakkan
telapak tangan pada fundus uteri.
b) Jelaskan
tindakan kepada ibu, katakana bahwa ibu mungkin merasa tidak nyaman karena
tindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan perlahan
serta rileks.
c) Dengan
lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus uteri supaya
uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik,
lakukan penatalaksanaan atonia uteri.
d) Periksa
plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh
e) Periksa
kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi. Jika uterus masih belum bisa berkontraksi dengan baik, ulangi
masase fundus uteri. Ajarkan ibu dan keluarganya cara masase uterus sehingga
mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik.
f) Periksa
kontraksi uterus setiap 15 menit selam 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit pada 1 jam kedua pascapersalinan.
Gambar
2.3.3: Masase Fundus Uteri
2.4
Tindakan yang Keliru dalam Manajemen
Aktif Kala III
Tindakan yang kaliru
diantaranya adalah sebagai berikut: (Sumarah, 2009)
a)Melakukan
masase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir.
b) Mengeluarkan
plasenta, padahal plasenta belum semuanya terlepas.
c)Kurang
kompeten dalam mengevaluasi pelepasan plasenta.
d) Rutinitas
katerisasi.
e)Tidak
sabar menunggu saat lepasnya plasenta.
2.5
Kesalahan Tindakan Manajemen
Aktif Kala III
Kesalah yang
terjadi diantaranya adalah sebagai berikut: (Sumarah, 2009)
a)Terjadi
inverse uteri. Pada saat menegangkan tali pusat terkendali terlalu kuat
sehingga uterus tertarik keluar dan terbalik.
b) Tali
pusat terputus. Terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta
belum lepas.
c)Syok.
2.6
Pemeriksaan Plasenta
Pemeriksaan
plasenta meliputi: (Sumarah, 2009)
a)Selaput
ketuban utuh atau tidak
b) Plasenta
: ukuran plasenta
·
Periksa plasenta sisi maternal (yang
melekat pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh
(tidak ada bagian yang hilang). Jumlah kotiledon, keutuhan pinggir kotiledon.
·
Pasangkan bagian-bagian plasenta yang
robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang.
·
Periksa plasenta sisi fetal (yang
menghadap ke bayi) untuk memastikan tidak adanya kemungkinan lobus tambahan
(suksenturiata)
c)Tali
pusat : Jumlah arteri dan vena adakah arteri atau vena yang terputus untuk
mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat, apakah sentral, marginal,
serta panjang tali pusat.
BAB
III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Aktif Kala III adalah
pemberian oksitosin segera setelah pelahiran bahu anterior, mengklem tali
pusat, segera setelah pelahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat
terkendali untuk pelahiran plasenta.
Keuntungan-keuntungan
Manajemen Aktif kala III:
d) Persalinan
kala III yang lebih singkat
e) Mengurangi
jumlah kehilangan darah
f) Mengurangi
kejadian Retensio Plasenta
Manajemen
aktif kala III terdiri dari 3 langkah utama:
d) Pemberian
suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
e) Melakukan
penegangan tali pusat terkendali
f) Masase
Fundus Uteri.
Dalam
melaksanakan Manajemen Aktif kala III terdapat beberapa kekeliruan ataupun
kesalahan tindakan yang mungkin dilakukan oleh bidan. Pemeriksaan plasenta
meliputi selaput ketuban, bagian plasenta dan tali pusat.
1.2
Saran
Seluruh tenaga penolong persalinan (bidan,
dokter) diharapkan dapat melakukan Manajemen Aktif kala III pada setiap asuhan
poersalinan normal sebagai upaya percepatran penurunan angka kemnatian ibu di
Indonesia. Dalam melaksanakan Manajemen Aktif kala III bidan harus memperhatikan
setiap tindakan agar tidak terjadi kekeliruan ataupun kesalahan yang dapat
membahayakan keselamatan ibu. Setiap tindakan juga harus disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku sehingga perdarahan postpartum dapat dikurangi.
Pemeriksaan plasenta juga perlu dilakukan diantaranya dengan memeriksa selaput
ketuban, bagian plasenta, dan tali pusat.
DAFTAR
PUSTAKA
Cunningham F.G, dkk.
2005. Obstetric Williams ed.2 EGC:
Jakarta
Helen V, dkk. 2007. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan. Ed.4 vol.2. EGC : Jakarta
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal (Asuhan Esensial,
Pencegahan, dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru
Lahir).
Saefudin, Abdul B, dkk.
2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan bina Pustakan Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta
Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan kebidanan
Pada Ibu Bersalin). Fitramaya: Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar